Kamis, 19 Desember 2013

damaikan_hatiku_Tuhan


 
Aku hanya tidak ingin terlalu lama berdiam begini.
Dan aku pun enggan untuk memulai kembali berbicara masalah hati.
Karena inginku hanya berdamai denganmu, hati.

Sudah sejak lama aku berseteru dengan dikau.
Sepanjang waktu ini kuhabiskan terlalu banyak untukmu.
Aku sudah jengah dengan perseteruan yang tak ada ujungnya.

Bahkan masa-masa sulit begini hati masih saja bersikukuh dengan inginnya.
Ah, hati.
Mengalahlah, agar semuanya bisa baik-baik saja.
Bukan terlihat baik-baik saja.

#damaikan_hatiku_Tuhan



Bsk, 171213

Rabu, 11 Desember 2013

Menikmati Merapi

Part 1

Saat-saat seperti ini aku hanya ingin melakukan perjalanan.
Menuju suatu tempat yang takkan terusik oleh siapapun.
Menikmati setiap jengkal yang terlewati.
Mengenang masa-masa yang akan membangkitkan ghirahku.

Entah kenapa duduk di dalam bus menatap pinggiran jalan membuatku terasa nyaman.
Menghirup aroma angin yang melewati celah-celah jendela sambil memandang gagahnya Merapi.

Aku selalu meneriakkan bahwa AKU PASTI BISA.
Aku harus terus mencoba.
Ini hanya persoalan waktu saja.


~
Bsk, 031213 



Part 2


Bbrrrr. Air yang rasanya seperti es telah mengguyur tubuhku. Dingin. Sekarang tubuh ini tidak lagi beradaptasi dengan cuaca dingin kaki pegunungan. Namun aku tidak bisa mengelak karena satu jam lagi aku harus berangkat melanjutkan perjalanan. Melanjutkan misi masa depan.

Tepat pukul 6.30 aku kembali menaiki bus menuju tempat dimana aku mengais rezeki. Berharap hari ini lebih baik lagi. Ternyata dinginnya cuaca pagi ini seakan meruntuhkan semangatku meski tubuhku telah dibalut dengan jaket hitam. Tidak mengapa aku harus melawannya. Ini belum seberapa, pikirku menghibur diri.

Dan kembali perenunganku dimulai. Seperti kataku kemarin, merenung di dalam bus menjadi kesenangan tersendiri. Sengaja aku memilih tempat duduk di pojok belakang agar perenunganku tidak terusik. Namun sepanjang perjalanan Merapi begitu menggodaku. Aku teringat Novel semalam yang belum tuntas. Kucoba untuk menikmati Novel Tere Liye lagi, Rembulan Tenggelam di wajahmu.

Beberapa menit aku larut dengan rangkaian kalimat yang menghipnotisku. Namun tiba-tiba rasanya kepalaku pusing. Perut seakan diobok-obok seiring dengan bus yang melaju kencang. Aih, suasananya jadi kacau. Akhirnya kututup novel dan kumasukkan kembali ke dalam ranselku. Kuputuskan untuk kembali menatap Merapi. Mungkin Merapi cemburu karena biasanya aku selalu menatapnya.
Mianhae Merapi

Pesakitan



Tidak. Aku tidak ingin berakhir seperti ini. Seperti pesakitan yang tidak tau harus berbuat apa. Tergolek lemah menerima tatapan kasihan orang-orang disekitarnya.

"Aku tidak ingin sakit," jeritnya tertahan.

Namun perlahan penyakit itu semakin menggerogoti tubuhnya yang lemah.
Masa ini semakin menyesakkan dadanya. Mimpi-mimpi yang telah dibangun bertahun lamanya telah sirna.

Setiap kali bangun dari tidurnya ia selalu gelisah. Ia merenungkan masa depannya. Rasanya ia takut membayangkan masa depan seperti apa yang akan dijalani dengan kondisi yang menyedihkan itu.

Sesekali bayangan masa lalu juga tak luput dari memorinya. Bahkan kenangan itu seakan telah menjadi penguntit sepanjang hidupnya.

Malam gelap sering menjadi teman sepinya. Langit pun kerap menanyakan kabarnya. Tidak jarang buliran bening itu menganaksungai ketika ia merenungkan hidupnya yang nyaris hancur.

"Bagaimana ini?" tanyanya tergugu. Bahunya terguncang menahan isak yang tak terbendung.


~
Bsk, 091213

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt Informasi lomba yang akan dibagikan dalam website lomba selanjutnya, adalah Lomb...