Rinduku, rindu siang dan malam. Perih tak tertahankan. Seakan ribuan jarum menusuk-nusuk dadaku. Masih teringat aroma Telaga Dewi yang menemani cerita panjang kita malam itu. Hawa dingin di pinggiran telaga seakan terabaikan karena ada kamu disampingku. Menemani malam yang sunyi menatap purnama.
Entah kenapa semenjak perkenalan kita beberapa jam yang lalu sebelum pendakian ke Singgalang ini membuat jantungku berdetak kencang. Berpacu dengan langkah kita menyisiri jalan setapak yang ditempuh beriringan. Medan yang sulit dan kemiringan pendakian bukan menjadi penghalang untuk sampai ke puncak. Padahal aku termasuk salah seorang yang dikhawatirkan oleh rombongan karena masih pemula dan belum pernah mengikuti kegiatan ekstrim seperti ini. Akan tetapi, itu semua terkalahkan oleh semangat dan dukungan dari kamu.
Yah, bayangkan saja aku yang tidak terbiasa menempuh perjalanan jauh dengan jalan kaki sekarang harus meniti jalan setapak dipenuhi dengan hutan di kiri kanan jalan sebelum mencapai Mata Air I. Bahkan perjalanan selama satu setengah jam tidak terasa bagiku.
Aku masih ingat ketika kita berlima menikmati langkah demi langkah menuju Mata Air Kedua. Aku dan kamu belum banyak berbicara karena diantara kita masih malu-malu. Dan sama-sama belum ingin memulai pembicaraan. Seiring dengan jalur yang kian ekstrim membuat kita berinteraksi dengan tindakan. Kamu sering mengulurkan tangan ketika jalan yang kita lalui terlalu miring dan tinggi. Awalnya aku masih ragu namun karena keadaan mengharuskanku menerima uluran tanganmu. Kita hanya bicara lewat senyuman dan tatapan mata.
Pukul dua lewat dua puluh menit kita sampai di peristirahatan kedua, Mata Air Kedua. Disini bertemu rombongan dari UNAND yang telah lebih dulu sampai. Sambil menikmati sepoinya angin kami berbincang-bincang satu sama lain.
“So, sudah berapa lama keinginan ini terpendam Grace?” ujar Bang Gee, ketua Tim.
“Hm, dah lama juga Bang, semenjak aku masih es em pe,” jawabku nyengir.
“Ckck, gimana rasanya sudah sampai disini?” lanjut Bang Gee.
“Amazing, benar-benar nggak nyangka bisa sampai sejauh ini Bang,”
“Pantesan semangatnya menggebu-gebu ya Kak,” ujar Frans, yang aku panggil Kapten.
“Ah, semangatnya bukan karena itu Frans, tapi …,” Kak Gendhis memotong cepat.
“Tapi apa Kak?” tanya Frans penasaran.
“Itu tuh, si bule India,” goda Kak Gendhis sambil menunjuk Zack dengan mulutnya.
Ya, lelaki yang aku bicarakan tadi namanya Zack.
“Owh, ehem…” Frans dan Bang Gee mendehem serempak.
Zack yang sedari tadi diam hanya tersenyum digodain mereka.
Ah, dingin kali ini anak, pikirku.
Usai istirahat aku dan teman-teman kembali melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya. Kami menikmati alam bebas, hutan yang ditumbuhi pohon-pohon tinggi serta berbagai tumbuhan perdu lainnya. Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan akhirnya tepat pukul delapan malam kami sampai di sebuah telaga. Menakjubkan. Itu kata yang terlontar dalam benakku. Cahaya bulan menyinari air telaga sehingga ada cahaya indah yang terlihat di telaga. Setelah istirahat beberapa menit kemudian kami pun mendirikan tenda.
Dinginnya udara di sekitar telaga tidak menyurutkan keinginanku untuk menikmati malam. Rasanya aku tidak ingin melewatkan momen ini meski kantuk mulai menyerangku. Aku duduk sendirian sambil menatap langit.
Tiba-tiba seseorang datang dan duduk disampingku. Ternyata Zack.
“Hey, ngelamunin apa?” Tanyanya sambil menyodorkan segelas cappuccino.
“Makasi. Gak, gak ngelamun kok. Aku lagi merenung aja. Ternyata dalam hitungan jam akhirnya aku bisa sampai disini. Mewujudkan impian yang selama ini kupendam.” Jawabku mantap.
“Dah berapa lama emangnya ingin kesini?” lanjutnya.
“Hm, sejak aku SMP tapi orangtuaku gak pernah ngijinin,” jawabku.
“Aku salut juga lihat semangat kamu. Walaupun pemula tapi punya keberanian dan tekad yang kuat. Yah, meski awalnya kamu sedikit cerewet nanyain jam,”
“Hehe, maklum aku masih baru dan belum menyatu dengan alam. Ngomong-ngomong kamu sering adventure juga ya?”
“Ya, bisa dibilang gitu. Aku sangat suka yang namanya petualangan. Karena aku merasakan Nikmat Tuhan lewat alam yang aku jelajahi,”
“Hebat ya, aku juga ingin seperti kamu, berpetualang di alam bebas. Menikmati setiap inci ciptaan Tuhan.
Aku jenuh dengan hidupku yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Terkungkung diruangan ber-AC dan berkutat dengan laptop membuatku sumpek. Bahkan hari libur pun harus kerja. Jenuh rasanya,”
“Kenapa kamu tidak ngatur jadwal buat kegiatan di alam. Setidaknya itu bisa mengurangi tingkat stress selama bekerja,”
Betul juga ya saran kamu, tapi aku masih gak berani untuk pergi sendiri,”
“kenapa mesti pergi sendiri buk? Kan kita bisa pergi bersama.
Kamu yakin kita bisa berpetualang bersama lagi? Tanyaku memastikan.
Why not? Jawab Zack mantap.
Aku mengangguk-angguk memikirkan tawaran Zack. Buatku ini adalah kesempatan mewujudkan mimpi-mimpiku. Mengingat aku masih awam dengan semua yang berbau alam.
“bagaimana kalau kita bikin rencana dari sekarang. Ujar Zack membuyarkan lamunanku.
“oke, siapa takut,” tantangku.
Hm, aku punya rencana ke Semeru, lanjutnya.
Semeru?
Iya, kenapa?
Aku baru saja memikirkan hal yang sama, jawabku.
Wah, berarti kita sehati ya? Goda Zack.
Hm, aku pikir kita sehati untuk menaklukkan gunung.
Lah, kenapa melamun lagi? Ujar Zack memecah kesunyian.
“Hm, aku sering berpikir apakah masih ada kesempatan untuk mewujudkan mimpi-mimpiku?” jawabku sendu.
Kenapa?
Huft, aku menghela nafas panjang dan mencoba mengumpulkan energi untuk menjawab pertanyaan Zack.
Yah, sebenarnya aku tidak begitu yakin dengan kehidupanku esok. Aku seperti pengelana yang tersesat di gurun pasir. Selalu melangkah namun tidak tahu harus kemana.”
Maksud kamu?
Aku nggak tahu yang sebenarnya terjadi pada hidupku Zack, aku kehilangan semangat hidup. Aku tidak percaya lagi akan mimpi-mimpi yang aku ikrarkan. Semuanya pupus diterbangkan angin.
Kenapa bisa?
Aku ngerasa hidupku sekarat Zack, orangtuaku bercerai dua bulan yang lalu. Setelah pertengkaran demi pertengkaran menjadi hidangan lezat setiap harinya. Dari kecil aku mengenal karakter bapak yang selalu keras dan ringan tangan. Tidak jarang setiap kali aku pulang ibu menangis usai bertengkar dengan bapak. Seringkali aku melihat bekas tangan bapak di tubuh ibu karena meluapkan emosinya. Aku benci dengan diriku sendiri karena tidak mampu berbuat sesuatu. Dari dulu aku tidak pernah diberi kebebasan untuk berbicara. Apa yang aku bicarakan dianggap angin lalu. Pernah suatu kali aku mencoba melawan bapak karena tidak tahan dengan perlakuan kasar bapak. Seketika bapak berteriak, tahu apa kau anak ingusan, katanya membentakku. Semenjak kejadian itu aku tidak pernah berani berbicara ketika pulang ke rumah. Bahkan hatiku rasanya sudah tidak ingin menginjakkan kaki dirumahku lagi. Aku lebih memilih tinggal dikontrakan dan menyibukkan hari-hariku dengan pekerjaan. Kupikir tidak ada gunanya aku hidup jika hanya menjadi pecundang.
“Kamu bukan pecundang Grace! Kamu terjebak dengan kondisi yang tidak seharusnya kamu lihat semenjak kecil. Percekcokan yang terjadi antara orangtuamu membuat mental kamu drop. Beberapa orang yang mengalami hal ini lebih memilih menarik diri dari pergaulan. Kepribadiannya sering introvert. Kadang, mereka juga mengalami phobia sosial.
Phobia sosial?
Ya, phobia sosial. Mereka yang mengalami ini sering tidak percaya diri dengan kemampuannya. Merasa takut dengan keramaian. Seakan-akan orang-orang disekitar menertawakan dirinya. Dengan keadaan seperti itu bisa menyebabkan depresi.
Persis sekali
Apanya yang persis Grace?
Apa yang kamu jelaskan persis banget dengan apa yang aku alami. Aku sering ngerasa orang-orang disekitarku mencemooh apa yang aku lakukan. Seolah-olah ada bisikan-bisikan yang membuatku semakin takut untuk keluar rumah. Untuk kerja saja aku berusaha sekuat tenaga melawannya. Aku benar-benar telah kalah, hancur berkeping-keping. Untuk menolong diri sendiri saja aku tidak sanggup apalagi menolong ibu dan adik-adikku. Aku telah gagal menjadi contoh bagi adik-adikku Zack.
Kamu nggak boleh seperti itu Grace. Percayalah kalau kamu sedang diuji Tuhan. Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu yang tidak kita sanggup untuk dipikul. Siapapun kita pasti pernah mengalami masalah. Kamu masih bersyukur meskipun orangtuamu bercerai tetapi mereka masih ada. Kamu masih punya kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Sedangkan aku tidak ingat bagaimana wajah ayah dan ibuku, ujar Zack tersendat.
Maksudmu?
“Yah, aku adalah satu-satunya korban selamat ketika kecelakaan yang menimpa keluargaku 25 tahun silam. Aku dibesarkan oleh orang yang tidak ada hubungan tali darahnya denganku.
Sejenak Zack terdiam mengatur nafas dan suaranya. Kurasakan dia kesulitan untuk menguraikan kisah hidup yang dilaluinya. Aku yakin dia mencoba tegar dan tidak mau terlihat cengeng dihadapanku. Kemudian Zack kembali bercerita meski dengan suara serak.
“Aku pun juga pernah mengalami masa-masa sulit dimana aku tidak mampu melakukan sesuatu buat seseorang yang kusayang. Aku terlambat datang ketika ibu angkatku sedang sakit keras, sedangkan ayahku di luar kota sedang bekerja. Bahkan kabar ibuku sakit baru kuketahui dari tetangga yang tidak sengaja bertemu denganku. Seumur hidupnya ibuku tidak pernah menceritakan perihal sakit yang dideritanya. Ternyata selama ini ibu mengidap kanker stadium lanjut. Ini sungguh menjadi penyesalan sepanjang hidupku. Meski dia bukan ibu kandungku namun dia telah memberikan kasih sayangnya kepadaku layaknya kasih seorang ibu kepada anak kandungnya. Karena ibu tidak diberi kesempatan mendapatkan keturunan dari rahimnya sendiri. Kurasakan kasih sayang ibu yang tulus kepadaku. Namun di usia senjanya aku tidak sempat membuat dia bahagia.
Setelah kepergian ibu aku seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Tidak tahu arah tujuan. Bahkan aku sempat dikira keluarga sudah gila. Karena aku selalu mengurung diri di kamar. Kadang aku tertawa sendirian, kadang menangis. Persis seperti orang yang kurang waras. Akhirnya, aku dibawa ke psikiater. Disana aku dirawat dan dipertemukan dengan seorang perempuan. Aku menamainya Angel, karena dengan bantuannya aku bisa kembali ke kehidupan normalku. Dan bertemu dengan kamu.
Lalu, perempuan itu?
Dia sudah menikah.
Owh, aku turut sedih mendengar kisahmu. Sekarang aku sadar, Tuhan selalu mempunyai cara untuk membuat kita kuat. Tuhan memiliki jurus-jurus jitu sehingga kita selalu mensyukuri apa yang telah diberikanNya.
Yup, aku setuju dengan pendapatmu. Yang terpenting tidak ada lagi kata-kata pesimis keluar dari bibirmu. Aku ingin kamu terus berjuang menggapai apa yang kamu impikan. Buktikan pada orang-orang bahwa kamulah pemenangnya. Tidak ada yang mustahil dalam hidup ini Grace, selama kita percaya ada tangan Tuhan yang menjamah mimpi-mimpi kita. Aku yakin kamu bisa melewati masa-masa kritis ini seperti kamu telah berhasil melewati cadas sore tadi. Anggap saja masalah yang datang adalah batu cadas yang harus kamu lewati. Bagaimana perasaan kamu setelah meniti cadas tadi?
“wah, aku sungguh takut. Yang ada dipikiranku saat itu hanya kematian. Sedikit saja kaki ini tergelincir maka tamatlah hidupku.
Nah, begitu juga masalah hidup. Kita selalu merasa takut untuk melewatinya. Tetapi jika kita mencoba bertahan dan perlahan menyelesaikan satu per satu maka kita akan menemukan solusinya. Intinya, life is struggle, betul tidak?
Hehe, betul, betul. Aku setuju. Makasih Zack supportnya, jawabku sambil tersenyum.
Sama-sama. Aku tahu bagaimana perasaan kamu karena aku juga pernah mengalaminya. Ujar Zack mengakhiri pembicaraan malam itu.
* * *
Aku benar-benar plong setelah berbagi dengan Zack. Sepulang dari pendakian aku masih sering kontak dengan Zack. Dia selalu menyupport apapun yang kulakukan. aku bahagia telah mengenal Zack. Aku berharap Zack menjadi teman sejatiku. Tetapi akhir-akhir ini aku kesulitan menghubungi Zack. Setelah sms terakhirnya kepadaku. Dia mengirimkan sandek yang aku tidak tahu maknanya.
Isi smsnya:
Aku ingin pulang, ayah ibu merindukanku. Terimakasih telah menemani hari-hariku. Love you..:)
Aku tidak tahu dia kemana. Kurasakan sesuatu yang hilang dari jiwaku. Lama aku mencari tahu dimana keberadaan Zack. Akhirnya tanpa sengaja aku membaca sebuah postingan seseorang yang ditag ke facebook Zack. Seketika tubuhku melemah. Zack telah pulang dan berkumpul dengan ayah ibunya untuk selamanya. Dia terjatuh ketika melakukan pendakian ke Gunung Kerinci. Tuhan memanggilnya kembali di Gunung Kerinci. Aku melanjutkan membaca postingan, sebuah surat yang difoto dan sepertinya itu tulisan tangan Zack.
Dear Grace,
Perempuan tangguh penyemangat hidupku. Banyak cerita yang telah kita paparkan. Untaian kata yang selalu memberi energi kehidupan. Setiap saat aku selalu merindukan kehadiran pesan singkat darimu. Meski hanya untuk mengucapkan selamat pagi, selamat tidur atau sudah makankah?
Bagiku itu adalah sebuah suntikan yang menambah suplemen hidupku. Aku selalu ingin membuatmu tersenyum agar tidak ada lagi gurat kesedihan yang membayang dari wajah sendumu.
Aku selalu ingin mendengar tawa renyahmu ketika di Telaga Dewi usai cerita panjang kita. Entah apa yang merasuki tubuhku sehingga aku merasakan aliran listrik ribuan volt ketika setiap kali namamu terlintas dibenakku. Namun aku khawatir mengungkapkannya karena tidak ingin melukai hatimu. Kupikir ini hanya perasaan sesaat dan sepihak saja. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu dari hidupku ketika aku mengutarakan perasaan yang sesungguhnya.
Maaf sayang, aku tidak memberimu kabar beberapa waktu lalu. Aku ingin menyendiri dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan hatiku. Untuk meredamnya aku mencoba bertarung dengan Kerinci. Saat ini aku sedang di puncak Kerinci. Menikmati purnama sendirian. Aku teringat ketika kita awal berkenalan di Telaga Dewi. Tiba-tiba hati ini terasa sakit. Sakit menahan rindu padamu. Entah kenapa hatiku ingiiiinn sekali menulis surat ini untukmu. Tidak peduli aku berani atau tidak mengirimkannya untukmu nanti.
Grace, terimakasih atas bahagia yang kau ukir dalam sketsa hidupku. Maafkan aku jika pernah menorehkan luka dihatimu. Love you, Grace.
Zack
Zack, kenapa harus begini? Aku telah lama menunggu kata-kata itu Zack. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku kembali ke Telaga dan menghapus kenangan itu Zack? Haruskah???
End
________
[1] Telaga yang terdapat di Gunung Singgalang, Sumatera
Barat
[2] Salah satu Gunung di Pandai Sikek (Sumatera
Barat) dengan ketinggian 2762 mdpl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar