Resonansi Jiwa [5]
Duka di Perjalanan
Dari
kejauhan lampu lalu lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Seorang pria
sebut saja Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tidak mau terlambat.
Apalagi perempatan cukup padat sehingga lampu merah menyala cukup lama. Lampu
berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera.
Tiga meter menjelang garis jalan lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia
berhenti atau terus jalan?
“Ah,
aku tidak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikir Jack sambil
terus melaju.
Tapi tiba-tiba
ia mendengar suara pluit. Dan di seberang jalan seorang polisi melambaikan
tangan memintanya berhenti. Jack pun menepikan kendaraan sambil mengumpat dalam
hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Dan tak lain adalah Bobby,
teman mainnya semasa SMA dulu. Kemudian jack melompat keluar dan membuka
lengannya sambil berkata.
“Hei
Bob, haa, senang sekali ketemu kamu lagi,”
“Hei
Jack,” jawab Bobby tanpa senyum.
“Waduh,
sepertinya saya kena tilang lagi nich. Saya memang agak terburu-buru Bob. Hehe…
Maklum hari ini istri saya ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan
segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat ke rumah dong, istri saya
sudah menunggu di rumah masalahnya,”
Jack
mencoba berkilah.
“Hm Saya
mengerti. Tapi sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di
persmpangan ini. Sekarang berikan SIM-mu Jack,” jawab Bobby.
Dan kemudian
ia menulis sesuatu di buku tilangnya.
Melihat
sikap Bobby yang dingin, Jack masuk ke mobil dan memandangi wajah Bobby dengan
penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit cukup untuk memasukkan surat
tilang. Tanpa berkata-kata Bobby kembali ke posnya. Jack mengambil surat yang
diselipkan Bobby di sela kaca jendela. Tapi ternyata SIM-nya dikembalikan
bersama dengan sebuah nota tulisan tangan Bobby yang isinya adalah :
Halo Jack, tahukah kamu, aku dulu mempunyai
seorang anak perempuan. Sayang ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang
ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu di hukum penjara selama tiga bulan.
Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak
kami satu-satunya sudah tiada. Kami terus berusaha dan berharap agar Tuhan
berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba
memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya Jack. Begitu juga kali ini. Maafkan
aku teman. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah di jalan.
Salam Bobby
Setelah
membacanya, Jack terhenyak dan langsung mencari Bobby. Tapi ia sudah meninggalkan
pos. Dan sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu
sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
#SUMMARY
Kawan,
tidak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa
jadi tawa kita tidak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga. Jalanilah
dengan penuh hati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar