Suatu
ketika seorang anak sedang mengikuti sebuah lomba balap mobil mainan.
Suasana sungguh meriah siang itu Karena saat itu adalah babak final. Hanya tersisa empat orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri sebab memang begitulah peraturannya.
Suasana sungguh meriah siang itu Karena saat itu adalah babak final. Hanya tersisa empat orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri sebab memang begitulah peraturannya.
Ada
seorang anak bernama Peter. Mobilnya tidak begitu istimewa namun ia termasuk
dalam empat orang anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya mobil Peter
yang paling tidak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk
berpacu melawan mobil yang lainnya.
Yah,
memang mobil itu tidak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit
lampu kedip di atasnya. Tentu tidak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki
mobil lainnya. Namun Peter bangga itu semua sebab mobil itu buatan tangannya
sendiri.
Tibalah
saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap-siap
di garis start untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang.
Di setiap jalur lintasan telah siap empat mobil dengan empat pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah diantaranya.
Namun sesaat kemudian Peter meminta waktu sebentar sebelum lomba di mulai. Ia tampak berkomat kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam dengan tangan yang tertangkup memanjatkan doa. Lalu semenit kemudian ia berkata.
Di setiap jalur lintasan telah siap empat mobil dengan empat pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah diantaranya.
Namun sesaat kemudian Peter meminta waktu sebentar sebelum lomba di mulai. Ia tampak berkomat kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam dengan tangan yang tertangkup memanjatkan doa. Lalu semenit kemudian ia berkata.
“Ya aku
siap,”
“Doorr!”
Tanda
telah di mulai. Dengan satu hentakan kuat. Mereka mulai mendorong mobilnya
kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak
sorai, bersemangat menjagokan mobilnya masing-masing.
“Ayo,
ayo, cepat, cepat, maju maju maju ayo!” begitu teriak mereka.
Dan
ternyata Peter-lah pemenangnya. Ya semuanya senang. Begitu juga Peter.
Ia
berucap dan berkomat kamit lagi dalam hati
“Terimakasih
tuhan.”
Saat
pembagian piala tiba Peter maju ke depan dengan bangga.
Sebelum piala itu diserahkan ketua panitia bertanya.
Sebelum piala itu diserahkan ketua panitia bertanya.
“Hai
jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang kan?”
Peter
terdiam.
“Bukan
pak! bukan itu yang aku panjatkan. Sepertinya tidak adil untuk meminta kepada Tuhan
untuk menolong saya mengalahkan orang lain.
Saya hanya memohon kepada Tuhan supaya saya tidak menangis jika saya kalah.”
Saya hanya memohon kepada Tuhan supaya saya tidak menangis jika saya kalah.”
Semua
hadirin terdiam mendengar hal itu.
Setelah
beberapa saat terdengar gemuruh tepuk tangan memenuhi ruangan.
#Summary
Mungkin
telah banyak waktu kita habiskan berdoa kepada Tuhan untuk mengabulkan setiap
permintaan kita. Menjadikan kita nomor satu. Menjadi yang terbaik, menjadi
pemenang dalam setiap ujian.
Padahal, Bukankah yang kita butuhkan adalah bimbinganNya, tuntutanNya, dan panduanNya. Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tidak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui.
Saya yakin Tuhan memberikan ujian yang berat bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya Tuhan sedang menguji hambaNya yang sholeh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar