Resonansi Jiwa [7]
Cinta dan Waktu
Alkisah
di suatu pulau kecil tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak. Ada cinta,
kesedihan, kekayaan, kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan
dengan baik. Namun suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu dan air
laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau tersebut. Semua penghuni
mulai cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Cinta sangat
kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia
berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air makin
naik dan membasahi kaki cinta. Tidak lama kemudian cinta melihat kekayaan
sedang mengayuh perahu.
“Kekayaan,
Kekayaan, tolong aku!” teriak cinta.
“Aduh
maaf cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat
membawamu. Nanti perahuku tenggelam. Lagipula tidak ada tempat lagi bagimu di
perahu ini,” kata kekayaan.
Lalu
kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali. Namun
kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya.
“Kegembiraan,
tolong aku!” teriak cinta.
Namun
kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tidak
mendengar teriakan cinta. Air semakin tinggi membasahi cinta sampai ke pinggang
dan cinta semakin panik. Tidak lama kemudian lewatlah kecantikan.
“Kecantikan,
bawalah aku bersamamu,” pinta cinta.
“Wah
cinta, lihatlah kamu basah dan kotor. Aku tidak bisa membawamu ikut. Nanti kamu
mengotori perahuku yang indah ini,” sahut kecantikan.
Cinta
sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah
kesedihan.
“Wahai
kesedihan hiks, bawalah aku bersamamu,’
Cinta
meminta untuk ikut serta.
“Maaf
cinta, aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja,” kata kesedihan sambil
terus mengayuh perahunya.
Cinta
putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Di saat
kritis itulah tiba-tiba terdengar suara.
“Cinta,
mari cepat naik ke perahuku.
Cinta
menoleh ke arah suara tersebut dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat
cinta naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat
orang tua itu menurunkan cinta. Dan segera pergi. Pada sat itu barulah cinta
sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang
menyelamatkannya.Cinta segera mena an kepada seorang penduduk di pulau tersebut
siapa sebenarnya orang tua tadi.
“Pak,
siapakah orang tua yang tadi?” tanya cinta.
“Oo orang
tua yang tadi, dia adalah sang waktu,” jawab penduduk
“Tapi
mengapa ia menyelamatkanku. Aku tidak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
mengenalku pun enggan menolongku.”
Cinta heran
dan penduduk itu menjawab
Hanya
waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar