BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dalam kenyataan hidupnya menunjukan bahwa ia
membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya untuk menyatakan
eksistensinya secara utuh dan seimbang. Manusia tidak dirancang oleh Allah SWT untuk
dapat hidup secara langsung tanpa proses belajar terlebih dahulu untuk
memahami jati dirinya dan menjadi dirinya. Dalam proses belajar itu seseorang saling
tergantung dengan orang lain. Proses belajar itu dimulai dengan orang
terdekatnya. Proses belajar itulah yang kemudian menjadi basis pendidikan.
Dari banyak faktor yang menyebabkan gagalnya pendidikan, metode
pembelajaran dan mentalitas pendidik memerlukan perhatian khusus.
Sebagus apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh dua faktor tersebut,
yaitu metode yang tepat dan mentalitas pendidik yang baik, sangat sulit untuk
dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai
tidaknya suatu informasi secara memuaskan atau tidak, bahkan sering disebutkan
cara atau metode kadang lebih penting daripada materi itu sendiri. Oleh karena
itu pemeliharaan metode pendidikan Islam harus dilakukan secara cermat
disesuaikan dengan berbagai faktor terkait sehingga hasil pendidikan memuaskan.
Nabi Muhammad SAW sebagai manusia terakhir yang dipilih
Allah SWT untuk menyampaikan risalah-Nya, sejak awal sudah mencontohkan dalam
mengimplementasikan metode pendidikan Islam yang benar terhadap para
sahabatnya, strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat, dalam
menyampaikan ajaran Islam beliau sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter
seseorang, Rasulullah SAW merupakan sosok guru yang ideal dan sempurna,
sehingga nilai-nilai Islam dapat dengan baik ditransfer kepada murid.
BAB II
METODE PENDIDIKAN
DALAM PERSPEKTIF HADITS
A. Pengertian Metode
Dari
segi bahasa metode baerasal dari dua kata yaitu meta dan hodas. Meta berarti melalui dan hodas berarti
jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, metode memiliki beberapa arti. Pertama,
metode adalah cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk mencapai maksud. Kedua,
prinsip dan praktek pengajaran bahasa, seperti metode aritmatika terjemahan,
metode langsung dan lain-lain.
Dalam
Bahasa Arab, metode kadang disebut dengan istilah at-Thariqoh (jalan), manhaj
(sistem), alwasliyah (perantara). Sedangkan menurut Nashih ulwan,
metode itu disebut Wasail Majdiyah.
Dari
pendekatan kebahasaan tersebut, nampak bahwa metode lebih menunjukan kepada
jalan dalam arti jalan non fisik yaitu jalan dalam bentuk ide-ide yang
mengacu kepada cara untuk mengantarkan seseorang agar sampai pada tujuan yang
ditentukan. (Dr. Abudinnata. 1996 : 93).
Drs.
Jalaludin dan Drs. Usman Said (1999 :53) menjelaskan bahwa makna pokok dari
metode adalah : (1). Metode pendidikan, adalah cara yang digunakan untuk
menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik (2) Cara yang digunakan,
merupakan cara yang tepat guna menyampaikan materi pendidikan tertentu dalam
kondisi tertentu. (3) Melalui cara itu, diharapkan materi yang disampaikan
mampu memberi kesan pada diri anak didik.
Dari
definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode merupakan cara atau
alat yang digunakan oleh pendidik atau pengajar untuk menciptakan proses
belajar mengajar yang baik.[1]
B. Macam – macam Metode Pendidikan Islam
1.
Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode pengajaran yang
disampaikan dengan bahasa lisan untuk memberikan penjelasan terhadap suatu
informasi atau terhsadap suatu masalah[2].
Dimana metode ini memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah siswa pada
waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
Contoh metode ceramah yang dilakukan Rasulullah waktu
itu adalah ketika beliau menyuruh para wanita bersedekah, seperti terlihat
dalam hadist berikut:
عن عبد الله بن عمر عن رسول الله عليه
و سلم ا نه قال: يا معشر النساء تصد قن و اكثرن شغفار فاءنى رايتكن اكثراهل النار
(رواه البخارى)
“Dari Abdullah bin Umar dari
Rasulullah SAW bersbda: hai wanita, bersedekahlah karena sesungguhnya aku
melihat kalian banyak menjadi penghuni neraka”. (HR Bukhari)
Asbabul wurud dari hadist di atas adalah Abu Said al
Khudri berkata Rasulullah SAW berangkat menuju lapangan tempat membangun sebuah
Musahalla, maka beliau bersabda seperti bunyi hadist di atas. Hadist ini
mendorong kaum perempuan untuk mengalokasikan atau mengelauarkan harta untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Sesunggunya dengan bersedekah bisa melepaskan
pemiliknya dari neraka. Itulah salah satu metode ceramah yang pernah dilakukan
Nabi pada waktu itu.
2.
Metode Kisah
Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi
edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian yang lain dari
bahasa. Hal ini disebabkan oleh kisah qurani dan nabawi memiliki beberapa
keistimewaan yang membuatnya mempunyai efek psikologis dan edukatif yang
sempurna, rapi, dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman.[3]
Dalam pendidikan Islam kisah sebagai metode pendidikan amat penting. Dikatakan amat
penting, alasannya antara lain sebagai berikut:
a.
Kisah selau memikat karena
mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan
maknanya. Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati
pembaca atau pendengar tersebut.
b.
Kisah Qur’ani dan dapat
menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang
menyeluruh. Karena tokoh cerita ditampilkan dalam konteks yang menyeluruh,
pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau mersakan isi kisah itu,
seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya. Kisah itu, sekalipun menyeluruh,
terasa wajar, tidak menjijikan pendengar atau pembaca. Misalnya kisah Yusuf.
Inilah salah satu keistimewaan kisah Qur’ani, tidak sama dengan kisah-kisah
yang ditulis orang sekarang yang isinya banyak ikut mengotori hati pembaca.
c.
Kisah Qur’ani mendidik perasaan keimanan
dengan cara:
1)
Membangkitkan berbagai perasaan
seperti khauf , rida, dan cinta.
2)
Mengarahkan seluruh perasaan
sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah;
3)
Melibatkan pembaca atau pendengar
ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.
Kisah Qur’ani bukanlah semata-mata
karya seni yang indah, tetapi juga merupakan suatu cara Tuhan mendidik umat
agar beriman kepada-Nya.[4]
Supaya tujuan pendidikan
tercapai secara maksimal, rasulullah SAW menggunakan kisah atau cerita seperti
mengajarkan kepada sahabat tentang keutamaan iman kepada Allah SWT, tauhid,
iman kepada utusan-Nya, saling menyayangi antar sesama, bergaul dengan baik,
sikap menolong, sikap belas kasih, diantara kisah atau cerita yang
diketengahkan ialah hadist yang menguraikan keutamaan iman kepada Allah,
tauhid, perbuatan syirik, dan iman kepada utusan-Nya.
Kisah ini diriwayatkan oleh Amru
bin ‘Ash RA, bahwa Rasulullah SAW pernah besabda:[5]
ان الله عز و جل سيخلص رجلا
من امتي على رؤوس الخلا ئق فينشرله تسعه و تسعين سجلا كل سجل مدالبصر فيقول: اتنكر
من هذا شيئا؟ اظلمك كتبني الخا فظول؟ فيقول: لما يارب فيقول: افلك عزور؟ فيقول:
لما يارب فيقو ل الله عزوجل: بل ان لك عندي حسنة وانه لما ظلم عليك اليوم فتحرج
بطا قة فيها: اشهد ان لااله الاالله واشهد ان محمدارسول الله ثم يقول: احضر وزنك
فيقول: يارب ماهذه البطاقة مع هذه السجلات؟ فيقلول: انك لن تظلم فتوضع السجلات فى
كفة والبطاقة فى كفة فطا شت السجلات وثقلت البطا قة ولما يشقل مع اسم الله تعالى
شيئ
“Sesungguhnya
Allah SWT akan membalas seorang dari umatku atas setiap perbuatannya, kemudian ia
memperlihatkan 99 catatan. Setiap catatan akan membelalakan mata seseorang. Ia
bertanya, ”apakah engkau membantah semua catatan ini, apakah para pencatat ku
yang terjaga telah berbuat zalim kepada ku? “ orang itu menjawab “tidak wahai
Tuhan”. Kemudian ia bertanya apakah engkau mempunyai permintaan maaf? orang itu
menjawab tidak wahai Tuhan, kemudian Allah SWT berkata, “Benar”, seseungguhnya
engkau mempunyai satu kebaikan disisi-Ku. Karenanya saat ini tidak ada kezaliman
atas kamu. “Tanda kebaikan itu muncul, tanda itu adalah “aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah SWT dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah uutusan
Allah.” Kemudian Allah berkata, “hadirkan timbangan (amal) kamu.” Orang itu
bertanya.” Wahai Tuhan apa hubungan itu dengan tanda-tanda catatan ini? Ia
berkata, “Sungguh engkau tidak berbuat zalim.” Catatan itu berada dalam
genggaman tangan-Nya. Setelah ditimbang, nilai catatan itu meleset dari
perkiraan, sedangkan nilai tanda kebaikan sangat berat. Akhirnya orang itu
tidak dibebani sesuatu apapun oleh Allah SWT.”
Kisah atau cerita yang mengajarkan
kepada para sahabat untuk menyayangi binatang adalah hadist yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW pernah berkata:[6]
بينما رجل يمشي بطريق استدعليه العطش
فوجد بئرافترل فيها فشرب ثم خرجواذاكلب يا كل الشرى من العطش فقال الرجل لقد بلغ
هذا لكلب من العطش مثل الذي كا ن بلغ منى فتر البى فملا خفة ماء ثم امسكه بفيه حتى
رقى فسقى الكلب فشكر الله تعلى له فغفر له يا ر سول الله و ان لنا فى اليها ئم
اجرا؟ فى كل كبدرطب اجر
“Ketika
seorang laki-laki sedang mengadakan perjalanan, tiba-tiba ia merasa haus. Lalu
ia menemukan sebuah sumur kemudian ia turun dan meminum air di dalamnya,
kemudain ia keluar. Ketika ia keluar ia melihat seekor anjing yang kehausan.
Laki-laki itu berkata, “rasa haus yang ia rasakan sama seperti rasa haus yang aku rasakan. “maka ia turun untuk
mengambil air dari sumur itu kemudian ia memberikan air itu kepada anjing yang
kehausan. Allah SWT bersyukur dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya
wahai Rasulullah SAW, apakah kita mendapat pahala karena binatang? Rasulullah
menjawab “setiap hari yang disenangkan itu pahala”.
Kemudian diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah
pernah bersabda:[7]
“Seorang
wanita masuk neraka karena seekor kucing yang dia ikat. Ia tidak memberinya
makanan bahkan ia tidak memperdulikan kucing itu makan racun tanah.”
Itulah beberapa contoh kisah atau cerita yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya supaya mereka
memperhatikan bahwa setiap peristiwa yang terkandung dalam kisah hadist yang
disampaikan terdapat pelajaran dan peringtan bagi mereka. Ini berarti bahwa Rasulullah
SAW mengajarkan kisah atau cerita yang tertuang dalam hadist dengan harapan
bahwa mereka mendapat hikmah darinya. Proses pengajaran dan pendidikan dengan
menggunakan metode kisah atau cerita ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan dalam upaya membangkitkan konsentrasi para sahabat dan akan
mempermudah pemahaman tentang apa yang disampaikan.
3.
Metode
Perumpamaan
Perumpamaan dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai
salah satu strategi pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada obyek
sasaran materi pendidikan semudah mungkin, sehingga kandungan maksud dari suatu
materi pelajaran dapat dicerna dengan baik, strategi ini dilakukan dengan cara
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak
dengan yang lebih konkrit.
Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah SAW sebagai
salah satu strategi pembelajaran selalu syarat dengan makna sehinga benar-benar
dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu
yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
Beberapa contoh pendidikan Rasulullah SAW yang
menggunakan perumpamaan sebagai salah satu strateginya, antara lain sebagai
berikut:
a.
Perumpamaan orang yang berzikir dan yang tidak berzikir
Diriwayatkan
oleh Imam Al Bukhari dari Abu Musa,
ia berkata:[8]
مثل الذي يذ كرربه والذي
لايذ كرربه مثل الحي والميت
“Perumpamaan orang yang berzikir dan yang
tidak berzikir kepada Rabb-nya dan tidak berzikir seperti orang hidup dan orang mati.”
Dalam hadist ini Rasululah SAW menyerukan orang yang
berzikir dengan orang hidup yang hidupnya dihiasi dengan cahaya kehidupan dan
bathinnya disinari dengan ilmu dan pemahaman. Begitu juga orang yang berzikir,
maka hidupnya dihiasi dengan cahaya amal dan ketaatan, dan batinnya dengan
cahaya ilmu dan pengetahuan. Kemudian mengupamakan orang yang tidak berzikir
dengan orang mati yang zahir dan batinnya tidak berfungsi.
مثل الجليس الصا لح والجليس الشوء كعا
مل المسكك ونا فح الكير, فحا مل المسك اما ان يخذ يك واما ان تبتاع منه واما ان
تجد منه ربحا طيبة, ونافخ الكير اما ان يحرق ثيا بك, و اما
ان تجد ريحا خبيثة
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang
jelek adalah seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi
akan memberikan minyak wangi kepadamu atau kamu membeli darinya atau
mendapatkan aroma wangi darinya. Adapun pandai besi, ia akan membakar bajumu
atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap.”
Dalam hadist ini Rasulullah SAW menganjurkan untuk
bergaul dengan orang shaleh dan ulama.
Dalam memberikan pendidikan untuk mengarahkan agar
manusia senantiasa berteman dengan orang-orang yang shalih, Rasulullah
mengumpamakan bahwa bergaul dengan orang shalih bagaikan orang yang membawa
minyak kasturi, artinya selalu wangi (orang yang bergaul dengan orang yang
shalih akan terbawa nama baiknya) dan akan timbul sifat saling memberi dan
menolong. Sedangkan orang yang jahat diumpamakan dengan pandai besi (jika tidak
mempengaruhi kejahatannya paling tidak akan terbawa dengan identitas jeleknya).
c.
Perumpamaan keraguan orang
munafik
Diriwayatkan oleh imam Muslim dari
Abdullah bin Umar, Rasulullah bersabda,[10]
مثل ا لمنا فق كمثل اشاة
العا ئرة بين الغنمين: نعير الى هذه مرة, والى هذه مرة
“perumpamaan orang munafik dalam keraguan
mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing lain.
Ia bolak balik kesana dan kesini.”
d.
Perumpamaan orang mukmin dan
orang munafik dalam hal musibah
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari,
Muslim dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,[11]
مثل المؤمن كمثل الزرع,
لاتزال الريع تميله. ولايزال المؤمن يصيبه البلاء و مثل المنافق كمثل شجرة
الارزلاتهتز حتى تستصد
“Perumpamaan orang mukmin
seperti tanaman yang senantiasa ditiup angin, senantiasa orang mukmin ditimpa
musibah. Sementara perumpamaan orang munafik seperti pohon jati. Tidak bergerak
hingga ditebang.”
Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah
SAW jika dimaknai dengan kesungguhan akan banyak ditemukan kandung hikmah yang
sangat dalam, sehingga kalimat-kalimat singkat dan sederhana yang disampaikan
oleh Rasulullah SAW tersebut mengandung banyak makna tetapi dapat dicerna
dengan baik oleh siapapun yang mendengarkannya.[12]
4.
Metode
Mau’izhah
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang
berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan
yang lembut.
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat
dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang
berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf nahi
mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling
penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang
dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.[13]
Rasulullah sebagai seorang pengajar dan pendidik juga
menggunakan metode nasehat dalam mengajar, diantara hadist nabi dalam
memberikan nasehat:[14]
عن ابى هريرة رضي الله عنه
ان رجلا قال للنبي صلى الله عليه و سلم: او صنى قال:لاتغضب, فردد مرار. قال صلى
الله عليه و سلم: لاتغضب
“Dari Abi Hurairah ra. Bahwa seorang
laki-laki telah berkata kepada Nabi SAW: “berikanlah aku nasehat, nabi
menjawab: “janganlah kamu menjadi pemarah. Laki-laki itu bertanya beberapa kali
dan nabi SAW bersabda, “jangan kamu jadi pemarah.” (HR Bukhari).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna pokok dari metode adalah : (1). Metode
pendidikan, adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan
kepada anak didik (2) Cara yang digunakan, merupakan cara yang tepat guna
menyampaikan materi pendidikan tertentu dalam kondisi tertentu. (3) Melalui
cara itu, diharapkan materi yang disampaikan mampu memberi kesan pada diri anak
didik.
Macam-macam metode pendidikan Islam yang dapat
diterapkan dalam mendidik peserta didik, antara lain:
1.
Metode Kisah
2.
Metode Ceramah
3.
Metode Perumpamaan
4.
Metode Mau’izhah
B. Kritik dan Saran
Di dalam makalah ini penulis menyadari bahwa terdapat
banyaknya kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca demi kelangsungan makalah berikutnya
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Illahi, Fadhl. 2006. Muhammad SAW sang Guru yang Hebat. Elba: Surabaya.
Saparta, Munzier. 2003. Metode Dakwah. Prenada Media Kencana: Jakarta.
Utsma Najita, Muhammad. 2004. Psikologi
dalam Perspektif Hadits. Pustaka Al Husna Baru: Jakarta.
Apri76. 2009. Metode Pembinaan Akhlak dalam Perspektif
Islam. (online)
Bunyamin. 2007. Metode Pendidikan Islam. (online)
Tersedia: http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=56
Holidin. 2007.
Metode Pendidikan Anak. (online).
Tersedia: http://olehholidin.multiply.com/journal/item/4
Mukhlis Fahruddin. 2009. Strategi Pembelajaran
Berbasis Al-Quran. (online)
[1] http://olehholidin.multiply.com/journal/item/4
[2]
Zakariah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Bumi
Aksara: Jakarta, 1995), hal. 289
[3] http://olehholidin.multiply.com/journal/item/4
[5] Utsma Najita, Muhammad, Psikologi dalam Perspektif
Hadits, (Pustaka Al Husna Baru: Jakarta,
2004)
[6] Ibid
(Utsma Najati)
[7] Ibid
(Utsma Najati)
[8] Fadhl
Illahi, Muhammad SAW sang Guru yang Hebat, (Elba: Surabaya, 2006), hal. 134
[9] Ibid
(Fadhl Illahi) , hal. 135
[10] Ibid
(Fadhl Illahi), hal. 136
[11] Ibid
(Fadhl Illahi), hal. 138
[12] http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=56
[13] http://apri76.wordpress.com/2009/09/28/metode-pembinaan-akhlak-dalam-perspektif-islam/
[14] Saparta,
Munzier, Metode Dakwah, (Prenada Media Kencana: Jakarta, 2003), hal. 157
Tidak ada komentar:
Posting Komentar