BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan siswa
dibebani dengan berbagai tugas pembelajaran yang harus dikuasai selama duduk di
bangku pendidikan, yaitu tugas untuk menguasai materi-materi pelajaran atau
mata pelajaran yang diajarkan oleh guru disekolah. Agar dapat mengembangkan
potensi yang ada pada diri peserta didik, sehingga dapat hidup berkembang
dengan sempurna, beriman, serta berakhlak mulia dan berkepribadian luhur.
Ada
beberapa jalur pendidikan yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak,
diantaranya yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Lembaga pendidikan yang
melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan
terencana adalah sekolah.guru-guru yang melaksanakan tugas pembinaan pendidikan
dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan ilmu
pengetahuan tentang anak didik dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas
pendidikan.
Dengan demikian ada sepuluh kompetensi dasar yang
harus dimiliki oleh guru:
1.
Menguasai landasan-landasan pendidikan.
2.
Menguasai bahan pelajaran.
3.
Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
4.
Kemampuan mengelola kelas.
5.
Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar.
6.
Menilai hasil belajar.
7.
Kemampuan mengenal dan menterjemah kurikulum.
8.
Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
9.
Memahami prinsip-prinsip dan hasil pengajaran.
10. Mengenal
dan menyelenggarakan administrasi pendidikan.[1]
Dari kutipan di atas jelaslah bahwa tugas seorang
guru begitu kompleks, sehingga tidak dapat digantikan oleh alat apapun. Karena
guru harus membina, membimbing, dan memahami gaya belajar peserta didik agar berkembang
potensi yang ada pada diri peserta didik. Guru harus menyediakan situasi dan
kondisi yang tepat agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.
Nana Sudjana mengemukakan bahwa kehadiran guru dalam
proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting.
Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio,
tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun, masih banyak
unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi,
kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran,
tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut[2].
Disinlah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi
yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupan.
Oleh karena itu lancar tidaknya proses pembelajaran
siswa kreatif dan aktif setidaknya sangat tergantung kepada mampu, atau
tidaknya guru memainkan perannya sebagai pendidik dan pengajar. Tugas seorang
guru tidaklah mudah karena membutuhkan keahlian tersendiri, berbagai tipe gaya
belajar siswa yang dihadapi guru dalam merealisasikan pelajaran, ada yang mudah
menerima pelajaran dengan cara melihat (visual), ada yang mudah dengan cara
mendengar (auditori), dan ada juga yang menerima pelajaran dengan cara motorik (kinestetik),
yaitu menangkap pelajaran dengan baik jika disertai dengan gerakan. Penggunaan
ketiga tipe gaya
belajar tersebut membutuhkan perhatian guru sehingga tidak satupun dirugikan.
Maka seorang guru harus mampu memvariasikan berbagai pendekatan dalam proses
belajar mengajar sehingga siswa yang memiliki gaya belajar tertentu tidak merasa bosan dan
jenuh dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Adapun penggunaan suatu pendekatan dalam pembelajaran
hendaknya ia dapat membawa suasana interaksi pengajaran yang edukatif,
menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar, mampu menumbuhkan
dan mengembangkan semangat belajar, dapat mempertinggi perolehan hasil belajar
dan menghimpun proses pengajaran yang sedang berlangsung.
Untuk itu perlu diperkenalkan dan memvariasikan
tentang suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa jika dihubungkan dengan
KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) sekarang.gaya belajar merupakan
suatu kombinasi dari bagaimana siswa menyerap, dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Gaya
belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar,
menulis dan berkata tetapi juga aspek pemprosesan informasi sekunsial,
analitik,global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon
sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret). Terdapat
tiga tipe gaya
belajar yang akan dibahas dalam pembahasan ini yaitu visual(cendrung belajar
melalui apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka
dengar) dan kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Prestasi belajar
masih tetap menjadi indikator untuk menilai tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar. Prestasi belajar yang baik dapat mencerminkan gaya
belajar yang baik karena dengan mengetahui dan memahami gaya belajar yang terbaik bagi dirinya akan
membantu siswa dalam belajar sehingga prestasi yang dihasilkan akan maksimal.
Demi tercapainya prestasi belajar yang maksimal oleh siswa. Maka guru harus
menggunakan beberapa pendekatan belajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan
gaya belajar
siswa.
Namun dalam kenyataan berdasarkan pengamatan penulis
dilapangan, penulis hanya melihat guru dalam penyampaian materi pelajaran lebih
monoton menggunakan pendekatan ceramah ekspositori. Dimana terdapat beberapa
masalah antara lain kurangnya dinamika guru dalam mengembangkan berbagai
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Siswa kurang aktif dan
siswa bersifat pasif.
Berangkat dari masalah diatas, maka penulis tertarik
untuk membahas lebih jauh dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: “Kemampuan
guru dalam menerapkan beberapa pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa
visual, auditorial dan kinestetik di sekolah”.
B.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
guru dalam memahami gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa di sekolah
C.
Batasan masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas
penulis dapat merumuskan masalah yang sesuai dengan gaya belajar siswa.
a.
Kemampuan guru dalam memahami gaya belajar siswa.
b.
Kemampuan guru dalam menerapkan beberapa pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan gaya
belajar siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kemampuan Guru
Menurut Depdikbud (1990: 553) “Kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan, berusaha dengan diri sendiri”. Yang penulis
maksud dengan kemampuan dalam kajian ini adalah kecakapan guru dalam
melaksanakan beberapa pendekatan atau metode yang sesuai dengan gaya belajar siswa pada
proses belajar mengajar matematika.
Menurut Depdikbud (1990: 228) “Guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar”. Yang penulis maksud
guru disini adalah orang yang pekerjaannya memberikan penjelasan khususnya mata
pelajaran matematika.
B.
Gaya Belajar Siswa Visual, Auditorial dan
Kinestetik
Gaya
belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur
serta mengolah informasi. Gaya
belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat,
mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi
sekunsial, analitik, global atau otak kiri- otak kanan, aspek lain adalah ketika
merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).
Terdapat tiga tipe gaya
belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu visual (cenderung belajar
melalui apa yang mereka lihat), auditorial(belajar melalui apa yang mereka
dengar) dan kinestetik(belajar melalui gerak dan sentuhan). (http://www.scribd.com/doc/3932095/gaya-belajar)
1. Visual (belajar dengan cara melihat
Bagi siswa
yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata /
penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru
sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke
obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan
tulis. Anak yang mempunyai gaya
belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk
mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat
melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka
dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti
diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih
suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan penampilan dalam
berpakaian/presentasi
3. Tidak mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat yang dilihat, dari pada yang
didengar
5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6. Pembaca cepat dan tekun
7. Seringkali mengetahui apa yang harus
dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
8. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada
pidato
9. Lebih suka musik dari pada seni
10. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi
verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk
mengulanginya
Strategi untuk mempermudah
proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti,
gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku
berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer
dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan
ide-idenya ke dalam gambar.
Pendekatan
yang digunakan bagi siswa yang gaya
belajarnya visual adalah:demonstrasi, model, gambar, dan media pembelajaran.
Metode
demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau
benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui
dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruan
Pendekatan
model adalah cara yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih
menemukan kata kunci atau jawabannya.sebagian guru memberi contoh tentang
tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksakan tugas, misalnya cara
mencari panjang diagonal ruang suatu bangun ruang. Dalam pembelajaran tersebut
guru mendemonstrasikan cara mencari panjang diagonal ruang dengan memanfaatkan
suatu alat peraga bangun ruang
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Siswa yang
bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih
cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan.
Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch
(tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi
tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori
mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat
dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
1. Saat bekerja suka bicara kepada diri
sendiri
2. Penampilan rapi
3. Mudah terganggu oleh keributan
4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat
apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
5. Senang membaca dengan keras dan
mendengarkan
6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan
tulisan di buku ketika membaca
7. Biasanya ia pembicara yang fasih
8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada
menuliskannya
9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca
komik
10. Mempunyai masalah dengan
pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11. Berbicara dalam irama yang terpola
12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan
nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah
proses belajar anak auditori :
- Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
- Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
- Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
- Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
- Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.
Pendekatan
yang digunakan bagi siswa yang gaya
belajarnya auditorial adalah pendekatan ceramah ekspositori
Ceramah
adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru
kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya,
guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar dan audio visual lainnya.
Pendekatan
ekspositori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode ceramah.
Pada pendekatan ini tidak terus-menerus memberi informasi tanpa peduli apakah
siswa memahami informasi itu atau tidak. Guru hanya memberi informasi pada saat
tertentu jika diperlukan, misalnya pada permulaan pembelajaran, memberi contoh
soal, menjawab pertanyaan siswa, dan sebagainya. Pendekatan ekspositori
memebawa siswa dapat belajar bermakna sehingga dapat merupakan pendekatan
efektif dan efisien.
Dalam
pendekatan ekspositori ini Syamsudin Makmun (2003:233) mengemukakan bahwa guru
menyajikan bahan dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapi, sistematik dan
lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan
tertib.[3]
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak,
bekerja dan menyentuh)
Anak yang
mempunyai gaya
belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak
seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini
belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1.
Berbicara
perlahan
2.
Penampilan
rapi
3.
Tidak
terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4.
Belajar
melalui memanipulasi dan praktek
5.
Menghafal
dengan cara berjalan dan melihat
6.
Menggunakan
jari sebagai petunjuk ketika membaca
7.
Merasa
kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8.
Menyukai
buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9.
Menyukai
permainan yang menyibukkan
10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali
jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11. Menyentuh orang untuk mendapatkan
perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah
proses belajar anak kinestetik:
1.
Jangan
paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2.
Ajak
anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia
baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3.
Izinkan
anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4.
Gunakan
warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5.
Izinkan
anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Pendekatan
yang digunakan bagi siswa yang gaya
belajarnya kinestetik adalah melalui pendekatan pratikum(eksperimen), cd pembelajaran-interaktif,
role-model dan pendekatan lain supaya siswa mengalaminya sendiri, terjun secara
langsung, atau pendekatan yang membutuhkan lebih banyak indera yang aktif
(penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, rabaaan, tepukan dsb).
Metode
eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau
hipotesis yang dipelajari. Misalnya dalam materi pelajaran matematika geometri
bidang dan ruang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gaya
belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi. Gaya
belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat,
mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi
sekunsial, analitik, global atau otak kiri- otak kanan, aspek lain adalah
ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan
konkret).
Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam penelitian
ini yaitu visual (cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat),
auditorial(belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik(belajar
melalui gerak dan sentuhan).
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah
terhadap gaya belajar siswa dapat digunakan suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang dapat membawa suasana interaksi pengajaran yang edukatif, menempatkan
peserta didik pada keterlibatan aktif belajar, mampu menumbuhkan dan
mengembangkan semangat belajar, dapat mempertinggi perolehan hasil belajar dan
menghimpun proses pengajaran yang sedang berlangsung.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penukis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun untuk kesempurnaan makalah kedepannya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Soejipto, dkk. 1998. Profesi
Keguruan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai
Pustaka.
http://www.infoskripsi.com/Abstrak/Pengaruh-Gaya-Belajar-Visual-Auditorial-KinestetikTerhadap-Prestasi-Belajar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar