Setelah Khilafah Abbasiyah di
Baghdad runtuh akibat serangan tentara ongol,kekuatan politik Islam mengalami
kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa
kerajaan kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan
budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol
itu,
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Untuk mengetahui labih jelasnya maka dalam makalah ini akan kami terangkan lebih lanjut mengenai Turki Usmani.
A. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Untuk mengetahui labih jelasnya maka dalam makalah ini akan kami terangkan lebih lanjut mengenai Turki Usmani.
A. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu
diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan
Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah
Kab di Asia Tengah (Hamka,1975:205). Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak
tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari
suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina
kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan,
Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad
ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah (Bosworth,1990:163). Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan
dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari
perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di
dataran tinggi Asia kecil (Hasan, 1989:324-325). Dibawah pimpinan Orthogul,
mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan
Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian
Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia
kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah
barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibukota (Yatim, 2003:130). Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas. Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan.
memilih kota Syukud sebagai ibukota (Yatim, 2003:130). Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas. Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan.
Usman mempertahankan kekuasaan
nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan
kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang
gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek
moyangnya.
B. Perkembangan Turki Usmani
Setelah Usman mengumumkan dirinya
sebagai Padisyah al Usman (raja besar keluarga Usman), setapak demi
setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota
Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M),
kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330
M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah
itulah yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani,ketika Murad I, pengganti
Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia
melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adnanopel yang
kemudian dijadikan ibukota kerajaan yang baru. Mrerasa cemas terhadap ekspansi
kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan
sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, namun Sultan Bayazid
I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu K RISTEN Eropa tersebut.
Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian meninggal pada tahun 1403 M (Ali, 1991:183). Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasardasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).
Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur.
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam (Ambari, 1993:211).
Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa system kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi. Usmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul. Peranan utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad pertengahan dari pereode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir (Lapidus, 1999:553).
Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian meninggal pada tahun 1403 M (Ali, 1991:183). Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasardasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).
Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur.
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam (Ambari, 1993:211).
Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa system kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi. Usmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul. Peranan utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad pertengahan dari pereode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir (Lapidus, 1999:553).
Demikianlah perkembangan dalam
kerajaan Turki Usmani yang selalu berganti penguasa dalam mempertahankan
kerajaannya. Diantara mereka (para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas
tinggalan dari nenek moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri /
penguasa lain selain Turki Usmani. Hal ini terbukti dengan adanya para pemimpin
yang saling melengnkapi dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan
meraih semua yang membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat
C. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani
Akibat kegigihan dan ketangguhan
yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa
dampak yang baik sehingga kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah Turki
Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan
oleh beberapa penguasa Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang
kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M) (Yatim, 2003:133-134). Sehingga
Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M).
Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan
oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu
arah timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani
itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan
perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan
diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting,
diantaranya :
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan
Usmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan kekuatan militer dengan
baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa
pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal
didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah
kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah .
Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan
tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi
Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat beberapa
bupati. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I
dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa Al-Abhur , yang menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena
jasanya ini, di ujung namanya di
tambah gelar al-Qanuni (Hitti, 1970:713-714).
tambah gelar al-Qanuni (Hitti, 1970:713-714).
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan
perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persia,
Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana rajaraja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil
dari Arab (Toprak, 1981:60). Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Usmani
tidak begitu menonjol karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya,
sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari
Turki Usmani .
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat
Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di
golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat
sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran
ajaran thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para
Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai
wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi
dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
1. Mereka adalah bangsa yang penuh
semangat, berjiwa besar dan giat.
2. Mereka memiliki kekuatan
militer yang besar.
3. Mereka menghuni tempat yang
sangat strategis, yaitu Constantinopel yang berada
pada tititk temu antara Asia dan Eropa (Al Nadwi, 1987:244).
Disamping itu keberanian, ketangguhan
dan kepandaian taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki Usmani sangatlah
baik, serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal
ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki
Usmani.
D. Turki Pasca Sulaiman al-Qanuni
Masa pemerintahan Sulaiman I
(1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan daripada kerajaan Turki Usmani. Beliau
terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi
setelah beliau wafat sedikit demi sedikit Turki Usmani mengalami kemunduran.
Setelah Sulaiman meninggal Dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara
putera-puteranya, yang nenyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur akan tetapi
meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih
dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah
sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M (Yatim, 2003:135).
Sultan Sulaiman di ganti Salim II.
Pada masa pemerintahan Salim II (1566-1573 M), pasukan laut Usmani mengalami
kekalahan atas serangan gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan
sebagian armada pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan
ini menyebabkan Tunisia
dapat direbut musuh. Tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat direbut kembali oleh
Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa pemerintahannya, keadaan dalam negeri
mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan karena ia mempunyai kepribadian yang
buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah naiknya Sultan Muhammad III (1595-1603
M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthofa I (1617-1622 M), akhirnya Syeikh
Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthofa I turun dari jabatannya dan diganti
oleh Usman II (1618-1622 M). Pada masa
pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai mengadakan perbaikan-perbaikan,
tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan, masa pemerintahannya berakhir.
Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim (1640-1648 M),yang pada masanya
orang-orang Venesia melakukan peperangan laut dan berhasil mengusir orang Turki
Usmani di Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan Usmani
menderita kekalahan dalam penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada tahun 1676 M
dalam pertempuran di Mohakes, Hungaria. Turki Usmani dipaksa menandatangani
perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 M yang berisi pernyataan penyerahan
seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg.
Dan penyerahan Hermeniet, Padalia, Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia kepada penguasa Venesia. Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan
armada Usmani di sepanjang pantai Asia Kecil. Namun kemenangan ini dapat
direbut kembali oleh Sultan Musthofa III (1757- 1774 M). Dan pada tahun 1774 M,
penguasa Usmani Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja
dengan Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng
pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas Crimea (Ali, 1993:191). Pemerintahan Turki, masa pasca Sulaiman banyak
terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan
Turki Usmani (kerajaan Usmani). Hal ini dikarenakan benyaknya berganti pemimpin
atau penguasa yang hanya meperebutkan jabatan tanpa memikirkan langkah-langkah
selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan Usmani. Sifat dari pada
para pemimpin juga mempengaruhi keadaan kerajaan Usmani, seperti halnya sifat
jelek yang dilakukan Sultan Murad III (1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti
hawa nafsunya sehingga kehidupan moral Sultan Murad yang jelek itu menyebabkan
timbulnya kekacauan dalam negeri Usmani itu sendiri.
Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad ditinggal Sultan Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Usmani ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan memberonak terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa didaerah timur tengah mencoba bangkit memberontak. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman disebabkan karena banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam kerajaan Usmani.
Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad ditinggal Sultan Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Usmani ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan memberonak terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa didaerah timur tengah mencoba bangkit memberontak. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman disebabkan karena banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam kerajaan Usmani.
E. Kemunduran Kerajaan Turki
Usmani
Kemunduran Turki Usmani terjadi
setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya
kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan
kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para
pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan
kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit
Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan.
Ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selaim faktor diatas, ada juga faktor-faktor
yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
1.
Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu
cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Heterogenitas Penduduk
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang
merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia,
Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas
penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi
yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi
pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa
sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
3. Kelemahan para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat,
maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki
kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau
dan susah teratasi.
4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang
mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan
kekuasaan (jabatan).
5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi
sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada
masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi
dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu
yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi
secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara
pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan
beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani
kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya
mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi
dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup
menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
F. Catatan Simpul
1. Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman. Beliau dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat menguasai suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang kuat. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka, Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alaudin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M), orang-orang Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan Usman I sebagai sultannya.
F. Catatan Simpul
1. Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman. Beliau dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat menguasai suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang kuat. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka, Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alaudin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M), orang-orang Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan Usman I sebagai sultannya.
2. Perluasan wilayah kerajaan
Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa kejayaan,
disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Usmani. Salah satu sumbangan terbesar kerajaan Turki Usmani dalam penyebaran Islam adalah penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453 M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Turki Usmani mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan, kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki Usmani mengalami puncak keemasan adalah pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) yang terkenal dengan
sebutan Sulaiman Agung.
disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Usmani. Salah satu sumbangan terbesar kerajaan Turki Usmani dalam penyebaran Islam adalah penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453 M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Turki Usmani mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan, kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki Usmani mengalami puncak keemasan adalah pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) yang terkenal dengan
sebutan Sulaiman Agung.
3. Dari perkembangan yang sangat
baik itu maka Turki Usmani mengalami kemajuankemajuan yang mendukung sekali
dalam pemerintahannya diantaranya :
a. Dalam bidang kemiliteran dan
pemerintahan. Turki mempunyai militer yang sangat kuat dan siap bertempur kapan
dan dimana saja. Di bidang urusan pemerintahan dibuat undang-undang yang
berguna untuk mengatur urusan pemerintahan di Turki Usmani.
b. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, karya telah terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan Turki Usmani tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus pada bidang kemiliteran.
c. Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah besar terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama' menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama dan berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi masyarakat.
4. Tanda kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Usmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri, karena tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.
b. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, karya telah terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan Turki Usmani tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus pada bidang kemiliteran.
c. Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah besar terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama' menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama dan berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi masyarakat.
4. Tanda kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Usmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri, karena tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kerajaan-turki-usmani.html
BAB XV
KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
Kerajaan
Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Kerajaan
Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak benua India. Awal kekuasaan Islam di
wilayah India
terjadi pada masa Khalifah al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukkan
wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn
Qasim (Mahmudunnasir, 1981:163). Pada fase desintegrasi, Dinasti Ghaznawi
mengembangkan kekuasaannya di India di bawah pimpinan Sultan Mahmud dan pada
tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan seluruh kerajaan Hindu di wilayah ini,
sekaligus mengislamkan sebagian masyarakatnya
(Mahmudunnasir,
1981:163). Setelah Dinasti Ghaznawi hancur, muncul Dinasti-Dinasti kecil seperti
Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M) dan Dinasti-Dinasti
lain (Nasution, 1985:82).
A. Asal-Usul
Kerajaan Mughal
Mughal
merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya,
berdiri antara tahun 1526-1858 M. Dinasti Mughal di India didirikan oleh seorang
penziarah dari Asia tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M),
salah satu
cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan yang telah masuk
Islam dan pernah berkuasa di Asia Tengah pada abad ke 15. Kerajaan ini berdiri pada
saat di Asia kecil berdiri tegak sebuah kerajaan Turki Usmani dan di Persia kerajaan
Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi sebuah negara-negara adikuasa di
Dunia.
Mereka juga
menguasai perekonomian, politik serta militer dan mengembangkan kebudayaan. Ayahnya
bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari
orang tuanya dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Setelah naik
tahta
ia
mencanangkan obsesinya untuk menguasai seluruh Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk
tempo dulu. Namun, ambisinya itu terhalang oleh kekuatan Urbekiztan, dan mengalami
kekalahan Namun berkat bantuan Ismail I (1500-1524 M), raja Safawi, Babur
dapat
menguasai Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun
1504 M, ia menduduki Kabul,
ibukota Afganistan. Dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah Timur (India). Saat
itu, Ibrahim Lodi, penguasa India,
di landa krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Daulah Khan,
Gubernur Lahore dan Alam Khan, paman Ibrahim sendiri melakukan pembangkangan
pada tahun 1524 terhadap pemerintahan Ibrahim Lodi, dan meminta bantuan Babur
untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu untuk menyerang kekuatan
Ibrahim, tetapi gagal memperoleh kemenangan. Mereka melihat bahwa Babur tidak
sungguh-sungguh membantu mereka.
Ketidakseriusan
Babur menimbulkan kecurigaan di mata Daulah Khan dan Alam Khan, sehingga
keduanya berbalik menyerang Babur. Kesempatan itu tidak disia-siakan Babur, ia
berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua kekuatan tersebut. Daulah
Khan dan Alam
Khan dapat dikalahkan, Lahore
dikuasainya pada tahun 1525 M. Dari Lahore ia terus bergerak ke selatan hingga
mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan pasukan Ibrahim maka terjadilah
pertempuran yang dahsyat. Ibrahim beserta
ribuan
tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu (Holt, 1970:22). Babur memperoleh kemenangan
yang amat dramastis dalam pertempuran Panipat I (1526 M) itu, karena hanya
dengan didukung 26.000 personel angkatan perang, ia dapat melumpuhkan kekuatan
Ibrahim yang di dukung oleh 100.000 personel dan 1.000 pasukan gajah. Babur memasuki
kota Delhi
sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya disana. Dengan demikian
berdirilah kerajaan Mughal di India. Kemenangannya yang begitu cepat mengundang
reaksi dari para penguasa Hindu setempat. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan
Babur mendapat tantangan dari
Rajput dan
Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat
yang belum tunduk pada penguasa yang baru tiba itu, sehingga ia harus berhadapan
langsung dengan dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur
pada tanggal
16 Maret 1527 M di Khanus dekat Agra.
Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.
Setelah
Rajput dapat ditundukkan, konsentrasi Babur diarahkan ke Afganistan, yang saat
itu dipimpin oleh Mahmud Lodi saudara Ibrahim Lodi. Kekuatan Mahmud dapat dipatahkan oleh
babur tahun 1529 M sehingga Gogra dan Bihar
jatuh ke bawah
kekuasaannya.
Pada tahun 1530 M Babur meninggal Dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah
selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan
selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun,
putra sulung Babur dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan.
Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-1539 M) negara tidak
pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara
tantangan
yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan
diri dari Delhi.
Pemberontakan ini dapat dipadamkan. Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi
pertempuran dengan
Sher Khan di
Kanauj. Dalam pertempuran ini Hamayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan
diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di
Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari sini ia menyerang
musuh-musuhnya dengan bantuan raja
Persia, Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan
Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan
menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Setahun setelah itu (1556 M)
ia meninggal Dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaanya, Din Panah
(Mahmudunnasir, 1981:265-266). Sepeninggalnya kerajaan Mughal diperintah oleh
anaknya yang bernama Akbar.
B. Masa Kejayaan
Kerajaan Mughal
Masa kejayaan
Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605). dan tiga raja
penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb
(1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan
oleh
raja-raja
berikutnya. Akbar menggantikan ayahnya, pada saat ia berusia 14 tahun, sehingga
seluruh urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Kahan, seorang Syi’i. Pada
masa pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan
sisasisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab.
Pemberontakan lain dilakukan
oleh Himu
yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam
Khan sehingga terjadilah peperangan dahsyat, yang disebut Panipat I tahun 1556 M.
Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra
dan Gwalior dapat dikuasai
penuh (Mahmudunnasir, 1981:265-266). Setalah Akbar dewasa, ia berusaha
menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau
memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam
Khan
memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah
persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia
dapat menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat,
Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik (Mujib, 1967:254-255).
Hal itu
membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar. Wilayah Kabul dijadikan
sebagai gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia. Akbar
berhasil menerapkan bentuk politik sulakhul (toleransi universal), yaitu
politik yang
mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya, tidak dapat
dibedakan oleh etnis atau agama.
Keberhasilan
yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh penerusnya yang bernama Jehangir,
Syah Jehan dan Aurangzeb yang mana mereka memang terhitung raja-raja yang besar
dan kuat. Segala macam pemberontakan dapat dipadamkan, sehingga rakyat merasa aman
dan damai. Pada masa Syah Jehan banyak pendatang Portugis yang bermukim di
Hugli Bengala,
menyalahgunakan
kepercayaan yang diberikan kepada mereka dengan jalan menarik pajak dan
menyebarkan agama KRISTEN. Kemudian Syah Jehan meninggal pada tahun 1658 M dan terjadinya
perebutan tahta kerajaan di kalangan istana. Mughal terpecah menjadi beberapa
bagian. Shuja menobatkan dirinya sebagai Raja di Bengala. Murad menobatkan
dirinya sebagai Raja di Ahmadabad. Shuja bergerak memasuki pemerintahan di Delhi. Namun pasukan
Aurangzeb berhasil mengalahkannya
pada tahun
1658 M. kemudian Aurangzeb memerangi pasukan Murad dan dimenangkan oleh
Aurangzeb. Oleh karena itu, Aurangzeb secara resmi dinobatkan menjadi Raja
Mughal. Langkah pertama yang dilakukan oleh Aurangzeb menghapuskan pajak,
menurunkan
bahan pangan
dan memberantas korupsi, kemudian ia membentuk peradilan yang berlaku di India
yang dinamakan fatwa
alamgiri sampai akhirnya
meninggal pada tahun 1707 M. Selama satu setengah abad, India di bawah Dinasti
Mughal menjadi salah satu negara
adikuasa. Ia
menguasai perekonomian Dunia dengan jaringan pemasaran barangbarangnya yang
mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga
memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditaklukkan dan kebudayaan yang
tinggi. Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang
diterapkan Akbar
membawa
kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal
dapat mengembangkan program pertanian, perrtambangan dan perdagangan. Akan tetapi,
sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian.
Di samping
untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu di ekspor ke Eropa, Afrika,
Arabia dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian
tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak di produksi di Bengal dan
Gujarat. Untuk
meningkatkan
produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan
pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat
(Mujib, 1967:256). Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan
budaya juga
berkembang.
Karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya sastra gubahan
penyair istana, berbahasa Persia
dan India.
Penyair India
yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, dengan karyanya berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang
mengandung
pesan kebajikan jiwa manusia (Holt, 1977:57). Pada masa Aurangzeb, muncul seorang
sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal
berdasarkan figure pemimpinnya.
Karya seni
yang dapat dinikmati sampai sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang
dicapai oleh kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan.
Pada masa Akbar di bangun istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa dan masjidmasjid
yang indah.
Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra,
masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore
(Ikram, 1967:247).
C. Masa
Kemunduran Kerajaan Mughal
Setelah satu
setengah abad Dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan
sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran,
kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di pusat menjadi ajang
perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di belahan utara dan
Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu para pedagang
Inggris yang diijinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung
oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai. Pada masa
Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah
muncul, tetapi
dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang
dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya
rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal
Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb
yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul.
Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut
aliran Syi’ah. Pada masa
pemerintahannya
yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan
pada perlawanan penduduk Lahore
karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka (Ikram,
1967:254-255). Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup
lama, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, Bahadur Syah
diganti oleh anaknya,
Azimus Syah.
Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan,
Wazir Aurangzeb. Azimur Syah meninggal tahun 1712 M, dan diganti oleh putranya,
Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri.
Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M. Farukh Siyar
berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi ia tewas di
tangan para pendukungnya sendiri (1719M). Sebagai penggantinya diangkat
Muhammad Syah
(1719-1748 M). Namun ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyfar di bawah
pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi
di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal terutama karena
menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan bantuan kepada pemberontak
Afghan di
daerah Persia
(Hamka, 1981:163). Oleh karena itu, pada tahun 1739 M, dua tahun setelah
menguasai Persia,
ia menyerang kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku
tunduk kepada Nadir Syah.
Muhammad Syah
kembali berkuasa di Delhi,
setelah ia bersedia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah.
Kerajaan Mughal baru dapat melakukan restorasi kembali, terutama setelah
jabatan wazir dipegang oleh Chin Qilich Khan yang bergelar
Nizam al-Mulk
(1722-1732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi tahun 1732 M,
Nizam al-Mulk meninggalkan Delhi
menuju Hiderabad dan menetap disana. Konflik-konflik yang berkepanjangan
mengakibatkan pengawasan terhadap daerah
lemah.
Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat,
bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahananya masing-masing. Hiderabad dikuasai
Nizam al-Mulk, Marathas dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan
pemerintahan
sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab
dikuasai oleh kelompok Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai
oleh Syuja’ al- Din, menantu Mursyid Qulli, penguasa Bengal
yang diangkat Aurangzeb. Sementara wilayahwilayah
pantai banyak
yang dikuasai para pedagang asing, terutama EIC dari Inggris (Panikar,
1957:187). Setelah Muhamamd Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad
Syah (1748-1754 M) kemudian diteruskan oleh Alamghir II (1754-1759 M), dan
kemudian
diteruskan
oleh Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh
Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu
Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan. Meskipun Syah Alam tetap diijinkan memakai
gelar sultan. Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ni,
pada tahun itu
juga,
perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat senjata melawan pemerintah
kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam membuat
perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal
dan Orisa kepada Inggris (Hamka, 1981:163). Sementara itu, Najib al-Daula,
wazir Mughal dikalahkan oleh aliansi
Sikh-Hindu,
sehingga Delhi
di kuasai oleh Sindhia dari Marathas. Akan tetapi Sindhia dapat dihalau kembali
oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris (1803 M) ((Ikram, 1967:286). Syah Alam
meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar
II (1806-1837
M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan
usahanya di anak benua India
sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus menjamin
kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah berada di
tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar sultan
dipertahankan.
Bahadur Syah (1837-1858 M), penerus Akbar, tidak menerima isi perjanjian antara
EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua kekuatan tersebut.
Pada waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian, karena penyelenggaraan administrasi
perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus tetap menjamin kehidupan
istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC
mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung
kasar.
Karena rakyat
merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit
mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi
lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan
Mughal di
India. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris
pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan
mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari
beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman
yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota
Delhi. Rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan
Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858M). Dengan demikian
berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti Mughal di daratan India dan
tinggallah disana umat Islam yang harus berjuang mempertahankan eksistensi
mereka. Adapun urutan-urutan penguasa kerajaan Mughal sebagai berikut:
1. Zahiruddin
Babur (1482-1530 M)
2. Humayun
(1530-1539 M)
3. Akbar Syah
I (1556-1605 M)
4. Jehangir
(1605-1628 M)
5. Syah Jehan
(1628-1658 M)
6. Aurangzeb
(Alamgir I) (1658-1707 M
7. Muazzam
(Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
8. Azimus
Syah (1712 M)
9. Jihandar
Syah (1712 M)
10. Farukh
Siyar (1713-1719 M)
11. Muhammad
Syah (1719-1748 M)
12. Ahmad
Syah (1748-1754 M)
13. Alamghir
II (1754-1759 M)
14. Syah Alam
II (1759-1806 M)
15. Akbar II
(1806-1837 M)
16. Bahadur
Syah II (1837-1858 M)
D. Faktor-Faktor
Penyebab Kemunduran Kerajaan Mughal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan
Dinasti Mughal ini mundur pada
satu setengah
abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
1. Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah
pantai tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal.
Begitu juga
kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam
mengoperasikan
persejataan buatan Mughal itu sendiri.
2.
Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan
pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan
asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan
sesudahnya.
4. Semua
pewaris kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan,
sehingga tidak mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.
5. Banyak
terjadinya pemberontakan sebagai akibat dari lemahnya para pemimpin
kerajaan
Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga banyak wilayah-wilayah
kerajaan
Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal. Adapun pemberontakanpemberontakan
tersebut
antara lain:
a. Kaum Hindu
yang dipimpin oleh Banda berhasil merebut Sadhura, letaknya di
sebelah utara
Delhi dan juga kota Sirhind.
b. Golongan
Marata yang dipimpin oleh Baji Rao dan berhasil merebut wilayah
Gujarat.
c. Pada masa
pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan dari pasukan
Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam
mengalami
kekalahan dan
Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.
|
|
1 Awal Mula Berdirinya Kerajaan Safawi
Perkembangan peradaban Islam baru bekembang di Persia
sejak dinasti Abbasyiah di Baghdad mengalami kemunduran. Namun demikian,
perkembangan peradaban Islam kala itu masih sebatas permulaan. Tetapi,
perkembangan peradaban Islam di Persia dimulai sejak berdirinya kerajaan Safawi
yang dipelopori oleh Safi al-Din yang hidup sejak tahun 1252 hingga 1334 M.
Kerajaan ini berdiri di saat kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan Safawi itu sendiri berasal dari sebuah
gerakan tarekat bernama Safawiyah yang diambil dari nama pendirinya yang
berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan.
Tarekat Safawiyah ini didirikan bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani di
Turki. Hingga di masa perkembangannya, nama Safawi ini terus dipertahankan
sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Sebagai pendiri kerajaan, Safi al-Din dikenal sebagai pribadi yang agamis. Ia merupakan keturunan Musa al-Kazhim yang terkenal sebagai imam Syi’ah yang keenam. Setelah ia berguru dengan Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi yang dikenal dengan Zahid al-Gilani dan menjadi menantunya, ia mendirikan tarekat Safawiyah pada tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf yang bersifat lokal ini berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri yang berada di luar Ardabil inilah, Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar Khalifah untuk memimpin murid-muridnya di daerahnya masing-masing
Sebagai pendiri kerajaan, Safi al-Din dikenal sebagai pribadi yang agamis. Ia merupakan keturunan Musa al-Kazhim yang terkenal sebagai imam Syi’ah yang keenam. Setelah ia berguru dengan Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi yang dikenal dengan Zahid al-Gilani dan menjadi menantunya, ia mendirikan tarekat Safawiyah pada tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf yang bersifat lokal ini berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri yang berada di luar Ardabil inilah, Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar Khalifah untuk memimpin murid-muridnya di daerahnya masing-masing
Jumlah pengikut tarekat Safawi semakin besar.
Karena tidak mencampuri politik, gerakannya dapat berjalan dengan aman baik
pada masa kekuasaan Ilkhan maupun pada masa penjarahan Timur Lenk.
Dalam dekade 1447 – 1501 M Safawi memasuki tahap
gerakan politik, sama halnya dengan gerakan sanusiyah di Afrika Utara. Mahdiyah
di Sudan dan Maturidiyah serta Naksyabandiyah di Rusia. Sebagai gerakan politik
dimulai di bawah pimpinan Junaid ibnu Ali. Akibatnya, Safawi mulai terlibat
konflik-konflik dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada di Persia waktu itu,
misalnya konflik politik dengan kerajaan-kerajaan Kara Koyonlo (domba hitam)
yang bermazhab syi'ah dan dengan kerajaan ak-Koyonlo (domba putih) yang
bermazhab Sunni di bawah kekuasaan Imperium Usmani. Karena konflik tersebut
maka ia mengalami kekalahan dan diasingkan. Dalam pengasingan ia menghimpun
kekuatan baru dan meminta perlindungan kepada ak-Koyonlo.
Kepemimpinan Junaid kemudian dilanjutkan oleh
Haidar. Kemenangan ak-Koyunlu terhadap Kara koyunlu membuat Haidar dianggap
sebagai rival politik oleh ak-Koyunlu yang dianggap dapat menghalanginya dalam
meraih kekuasaan yang selanjutnya. Hal ini diwujudkan dengan cara mengirimkan
bantuan militer kepada Sirwan yang diserang oleh pasukan Safawi sehingga Haidar
terbunuh dalam peperangan itu.
Ali bin Haidar yang memimpin Safawi berusaha
membalas dendam terhadap kematian ayahnya, tetapi kemudian ditangkap dan
dipenjarakan di Fars. Mereka dibebaskan dengan
syarat mau bekerja sama dengan Rustam, putra mahkota ak-Koyunlu untuk memerangi
saudara sepupunya. Tetapi setelah syarat itu terpenuhi, Rustam kembali
menyerang Ali dan Ali terbunuh dalam peperangan itu.
Kepemimpinan Safawi beralih ketangan Ismail yang
mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hibungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syria,
Anatolia. Pasukan ini bernama Qizilbash (baret
merah). Pada pasukan Qizilbash ini topinya dilengkapi dengan 12 rumbai yang
memiliki makna Syi'ah Isna 'Asyariyah (Dua Belas Imam) mempunyai pengaruh yang
besar dalam menanamkan sifat fanatisme dan militansi para pengikut Syi'ah
dengan pemimpinnya. Ismail memanfaatkan kedududkannya sebagai mursyid untuk
mengkonsolidasikan kekuatan politiknya dengan menjalin hubungan dengan para
pengikutnya.
Dalam waktu kurang lebih lima tahun, ia berhasil menghimpun kekuatan
yang cukup besar. Setelah berhasil menaklukan Syirwan, ia bergerak menuju
Ak-Koyonlo. Dalam suatu peperangan yang sengit di Sharur dekat Nackhchiwan
tahun 1501 ia berhasil memenangkan peperangan dengan gemilang, sehingga pada
tahun itu juga ia memasuki kota Tebrez seraya memproklamasikan berdirinya
kerajaan Safawi dengan ia sendiri sebagai Syaikhnya yang pertama dan menetapkan
Syi'ah Dua Belas sebagai agama resmi kerajaan Safawi. Dengan diproklamasikannya
kerajaan Safawi sebagai kerajaan dan ditetapkan pula Syi'ah sebagai agama
kerajaan maka merdekalah Persia
dari pengaruh dari kerajaan Usmani dan kekuatan asing lainnya.
Peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya
kerajaan safawi yang akan turut memberikan kontribusi dalam perkembangan kekuasaan
Islam
2 Masa kejayaan dan perkembangan Kerajaan safawi
Pada masa pemerintahan Ismail, safawi berhasil
mengembangkan wilayah kekuasaannya sampai ke daerah Nazandaran, Gurgan, Yazd,
Diyar Bakr, Baghdad, Sirwan, dan Khurasan hingga meliputi kedaerah bulan sabit
subur (fortile crescent). Kemudian ia berusaha mengembangkan wilayahnya sampai
ke Turki Usmani tetapi menghadapi kekuatan besar dari kerajaan Turki Usmani
yang sangat membenci golongan Syi’ah. Dalam perebutan wilayah ini Safawi
mengalami kekalahan yang menyebabkan Ismail mengalami depresi yang meruntuhkan
kebanggaan dan rasa percaya dirinya sehingga ia menempuh kehidupan dengan cara
menyepi dan hidup hura-hura. Hal ini berpengaruh pada stabilitas politik dalam
kerajaan Safawi. Contohnya adalah terjadinya perebutan kekuasaan antara
pimpinan suku-suku Turki, Pejabat-pejabat keturunan Persia, dan Qizilbash.
Keadaan ini baru dapat diatsasi pada masa
pemerintahan raja Abbas I. langkah-langkah yang ditempuh oleh abbas I
untuk memperbaiki situasi adalah :
1.
Menghilangkan dominasi
pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang
beranggotakan budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan sircassia.
2.
Mengadakan perjanjian
damai dengan Turki Usmani dengan cara Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga
khalifah pertama dalam Islam ( Abu Bakar, Umar, Usman ) dalam khotbah Jumatnya.
Usaha-usaha tersebut terbukti membawa hasil yang
baik dan membuat kerajaan Safawi kembali kuat. Kemudian Abbas I meluaskan
wilayahnya dengan merebut kembali daerah yang telah lepas dari Safawi maupun
mencari daerah baru. Abbas I berhasil menguasai Herat
(1598 M), Marw dan balkh.
Kemudian abbas I mulai kembali menyerang kerajaan Turki Usmani dan berhasil
menguasai Tabriz, Sirwan, Ganja, Baghdad, Nakhchivan, Erivan, dan Tiflis.
Kemudian pada 1622 M Abbas I berhasil menguasai kep.Hurmuz dan mengubah
pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas.
Pada Masa Abbas I inilah kerajaan Safawi mengalami masa
kejayaan yang gemilang. Diantara bentuk kejayaannya adalah :
1. Secara politik ia mampu
mengatasi kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil
merebut wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa
sebelumnya.
2. Dalam bidang ekonomi terjadi perkembangan
ekonomi yang pesat setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun
diubah menjadi Bandar Abbas. Hal ini dikarenakan Bandar ini merupakan salah
satu jalur dagang antaraTimur dan Barat. Selain itu Safawi juga mengalami
kemajuan sector pertanian terutama didaerah Bulan sabit subur (fortile
crescent).
3. Dalam bidang ilmu pengetahuan. Persia
dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dam mengembangkan
ilmu pengetahuan. Beberapa ilmuwan yang hadir di majlis istana antara lain,
Baha al-Din (generalis iptek), Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad
(teolog,filosof,observatory kehidupan laba-laba). Dalam bidang ilmu
pengetahuan, Safawi lebih mengalami kemajuan dari pada kerajaan Mughal dan
Turki Usmani.
4. Dalam bidang Pembangunan Fisik dan Seni.
Para penguasa kerajaan menjadikan Isfahan
menjadi kota
yang sangat indah. Disana terdapat bangunan-bangunan besar dan indah seperti
masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan rakasasa di atas Zende Rudd dan istana
Chilil Sutun. Dalam hal seni, terdapat dalam kemajuan pada arsitektur bangunan
yang terlihat pada mesjid Shah yang dibangun pada 1611 M dan mesjid Lutf Allah
yang dibangun pada 1603 M. Terlihat pula adanya peninggalan berbentuk kerajinan
tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar,
dll.seni lukis mulai dirintis pada masa raja Tahmasp I. Ketika Abbas I wafat,
di Isfahan terdapat 162 Masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian
umum.
Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh
kerajaan ini menjadi salah satu dari ketiga kerajaan besar Islam di masa
klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradaban Islam
melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan
seni, dan gedung-gedung bersejarah. Walaupun kurang berkembang di bidang sains,
teknologi, hukum dan filsafat.
3 Masa
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan safawi
Sepeninggal Abbas I, Safawi diperintah oleh raja-raja yang
lemah dan memiliki perangai dan sifat yang buruk. Hal ini menyebabkan rakyat
kurang respon dan timbul sikap masa bodoh terhadap pemerintahan. Raja-raja yang
memerintah setelah Abbas I adalah :
a.
Safi Mirza. Ia adalah raja yang kejam terhadap pembesar-pembesar
kerajaan. Pada pemerintahannya kota Qandahar
jatuh ketangan kerajaan Mughal dan Baghdad
direbut Turki Usmani.
b.
Abbas II. Ia adalah
raja yang suka mabuk, minum-minuman keras sehingga jatuh sakit dan meninggal.
Sepeninggalnya kota Qandahar
dapat direbut kembali oleh wazir-wazirnya.
c.
Sulaiman. Ia juga
seorang pemabuk dan sering bertindak kejam terhadap para pembesar yang
dicurigainya.
d.
Shah Husein. Ia adalah
pemimpin yang alim. Ia memberi kesempatan kepada para ulama Syi’ah yang sering
memaksakan kehendak terhadap penganut aliran sunni. Pada masa pemerintahannya
terjadi pemberontakan bangsa afghan yang dipimpin oleh Mir Vays yang kemudian
digantikan oleh Mir Mahmud. Pada masa pemberontakan Mir Mahmud ini, kota qandahar lepas dari Safawi, kemudian disusul kota Isfahan.
Pada 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah.
e.
Tahmasp II. Dengan
dukungan dari suku Qazar Rusia, ia memproklamirkan diri sebagai raja yang berkuasa atas Persia
dengan pusat kekuasaannya di Astarabad. Kemudian ia bekerja sama dengan nadhir
Khan untuk memerangi bangsa Afghan yang menduduki kota
Isfahan. Isfahan berhasil direbut
dan Safawi kembali berdiri. Kemudian Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan pada
1732 M.
f.
Abbas III. Ia adalah
pengganti Tahmasp II yang diangkat pada saat masih kecil.
Pada 1736 M, abbas III dilengserkan kemudian
Kerajaan safawi diambil alih oleh Nadir Khan. Dengan begitu, maka berakhirlah
kerajaan Safawi. Safawi. Hanya satu abad setelah ditinggal Abbas I, kerajaan
ini mengalami kehancuran.
Factor-faktor yang menyebabkan berakhirnya
kerajaan Safawi :
1.
Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan mazhab antara kedua kerajaan.
2.
Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi.
3.
Pasukam Ghulam yang dibentuk abbas I tidak memiliki semangat perang seperti
Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlati dan
tidak melalui proses pendidikan rohani.
4.
Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan
keluarga istana. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar