Rabu, 28 Desember 2016

PALESTINE VS VALENTINE

PALESTINE VS VALENTINE

14 Februari. Yupz, Valentine Day. Momen spesial buat muda-mudi zaman sekarang. Konon katanya 14 Februari diabadikan sebagai hari kasih sayang. Saatnya mengungkapkan cinta dan sayang kepada pasangan atau hanya sekadar tukaran kado. Jauh berbeda denganku karena tidak ada yang spesial dengan tanggal 14 Februari. Aku dan keluarga selalu mencanangkan setiap hari sebagai hari kasih sayang. Jadi kami sekeluarga tidak pernah memperingati valentine day atau mengucapkan happy valentine kepada teman dan kerabat. Say No to Valentine, ideologi keluarga.

Aku dan adik-adik dilarang ayah dan ibu membicarakan valentine day, apalagi merayakannya. Karena dalam Islam tidak ada yang namanya hari khusus untuk memperingati hari kasih sayang. Setiap hari adalah hari kasih sayang. Ditambah pula valentine day merupakan budaya barat. Hal ini sangat bertentangan dengan paham keluargaku yang anti dengan budaya barat. Tetapi aku mau berkisah tentang persiapan teman-temanku di SMA yang sibuk memikirkan persiapan valentine mereka. Mulai dari persiapan pakaian apa yang akan mereka pakai, kado apa yang akan diberikan kepada pasangan, bahkan dandanan seperti apa yang akan mereka bawakan ketika party nanti juga menjadi topik terhangat diantara mereka. Aku hanya termangu-mangu melihat mereka yang tidak henti-hentinya berceloteh tentang valentine. Valentine oh valentine. Begitu kuatkah pesona dirimu hingga mampu menyihir setiap pasangan yang dimabuk asmara. Bahkan kasih sayang menjadi dalih pembenaran untuk ikut partisipasi di hari bahagia umat non muslim.

Oya lupa, satu lagi mereka juga membicarakan pasangan yang mereka bawa nanti. Teman-teman yang tidak punya pasangan akan dicarikan pasangan oleh yang lain. Hadueh, pokoknya hari itu harus menjadi hari yang spesial dalam hidup mereka. Ckckck… sungguh menyedihkan memang.

Ketika dunia dihebohkan dengan krisis akhlak dan moral. Serta kasus Palestina yang tidak kunjung menemukan solusi. Bahkan penyerangan Israel yang tak henti-hentinya terhadap Palestina menjadi berita terhangat di media cetak dan elektronik. Ironisnya, Palestina menjadi pihak yang selalu dituding dalam pemberitaan. Padahal telah berpuluh ribu korban berjatuhan, mulai dari orang tua, dewasa, remaja, bahkan anak-anak sekalipun tidak luput dari rudal Israel. Tidak peduli laki atau perempuan. Tidak pandang bulu. Siapapun mereka atas nama warga Palestine bersiap-siaplah menjemput kematiannya. Tetapi hal itu tidak pernah menyisakan kekhawatiran bagi rakyat Palestine. Bahkan semangat juang mereka semakin menggebu-gebu. Kematian suatu hal yang mereka dambakan. Syahid dijalan-Nya. Ditambah lagi kasus bentrokan para demonstran Mesir yang juga menelan korban jiwa. Tetapi mengapa kita yang juga seorang Muslim malah sibuk dengan persiapan menyambut acara yang notabenenya bukan dari Islam. Sedangkan mereka masih sempat-sempatnya bersenang-senang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Astaghfirullah, sampai kapan kita akan terpengaruh dengan budaya yang sama sekali tidak mendidik itu. Waduh kok sampai ke Palestina segala ya? Hehe… tidak apa-apa kan aku cerita, toch memang kenyataannya seperti itu kan.

Oya kembali ke valentine day yah, sekarang tanggal 13 Februari. H-1 menjelang valentine day. Teringat perbincangan dengan teman-temanku disekolah kemarin. Masih terngiang cemoohan mereka karena aku menolak untuk ikut party besok.

“Idih … sok suci kamu, pake Say No to Valentine segala, padahal kamu pengen kan!” ujar Kemala dengan sinisnya.

“Iya, pake dalih segala yang penting kita nggak murtad,” sambut Vindy.

“He eh, pake acara Cay No Palentine segala!” ejek Clara dengan English-nya yang diplesetkan.

Huh … capek dech ngomong sama mereka, mau dibilang seratus kali pun Say No to Valentine. Kagak bakalan mengerti. Tapi ya sudahlah, yang penting aku telah mengingatkan mereka. Up to you aja dech… Aku hanya diam. Lagian untuk apa berdebat. Buang-buang energi aja. Toch mereka tidak bakalan membatalkan acaranya. Yang penting aku tidak berpartisipasi dalam pesta maksiat nantinya.
* * *
Pukul 23.50 WIB, 13 Februari, at my home.

Detik-detik menjelang 14 Februari, teringat teman-temanku yang sedang bersenang-senang menunggu datangnya Valentine day. Entah kenapa perasaanku tidak enak sejak sore tadi. Feeling-ku kurang bagus mengenai party teman-teman.

“Ah, kenapa aku harus memikirkan acara itu, apa untungnya bagiku,” gumamku membatin.

Lalu kuputuskan untuk wudhu dan shalat Isya, karena sedari tadi aku keasyikan membaca antologi cerpen Palestine. Setelah shalat aku langsung tidur, berharap esok pagi mau menungguku kembali. Bismika allahumma ahyawabismika aamut.
***
“Dor … Dor … Dor … “

Bunyi letupan senjata itu terdengar jelas ditelingaku. Tank-tank Israel melakukan penyerangan di pagi buta, saat Adzan Subuh mulai berkumandang. Terdengar pekikan takbir bergema mengiringi setiap tembakan yang dilancarkan zionis Israel. Tetapi kenapa aku ada di sini? Sejak kapan aku berada di Palestine. Mendengarkan suara dentuman senjata yang menembaki pemukiman warga. Serta pekikan wanita dan anak-anak karena tembakan tentara Israel. Mengherankan. Suara itu sangat dekat dari tempat tinggalku. Bukannya semalam aku masih di Indonesia, di rumah tercintaku. Tiba-tiba terdengar suara tembakan mengarah ke pintu rumahku. Sepasukan tentara mendobrak pintu, lalu menembak membabi buta. Orang tuaku yang sedang melakukan shalat Subuh berjamaah langsung tersungkur bersimbah darah. Aku langsung berteriak memanggil ayah dan ibu.
***
“Ayaah … Ibuu …” teriakku tertahan.

Tiba-tiba tubuhku diguncang seeorang.

“Moniic, bangun sayang kamu kenapa? Ini ayah dan ibu di sini nak,” ujar ibuku khawatir.

“Iya, kamu kenapa nak, mimpi buruk ya,” terdengar suara ayah menimpali.

Suara lembut ibu membangunkanku. Perlahan aku membuka mata dan menatap Ayah. Astaghfirullah, ternyata aku hanya mimpi. Untung ayah dan ibuku masih ada. Aku langsung memeluk ibu dengan erat layaknya anak kecil yang sedang ketakutan. Ibu keheranan melihat tingkahku. Lalu aku menceritakan apa yang terjadi dalam mimpiku semalam. Ayah dan ibu cuma geleng-geleng kepala mendengar celotehanku.

“Mungkin karena pengaruh buku yang kamu baca semalam, ya sudah sekarang ambil wudhu kita shalat berjamaah,” ujar ayah menanggapi ceritaku.

“Iya, buruan sana nanti kita terlambat shalat subuhnya,” tambah ibu.

“Ya Bu,” jawabku pendek.

Aku langsung menuruti kata-kata ayah dan ibu sambil berjalan menuju kamar mandi. Ayah dan Ibu menunggu sambil membaca Al-quran. Pikiranku masih melayang-layang mengingat mimpi semalam. Kengerian mendengar tembakan dan teriakan orang-orang masih lekat dibenakku. Namun aku mencoba menepisnya.

Subuh kali ini begitu hangat tetapi penuh misteri. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan panggilan ibu. Salah seorang teman sekelasku barusan menelfon, mengatakan bahwa Kemala ditangkap polisi karena ketahuan membagi-bagikan pil ekstasi saat party semalam.

Astaghfirullah, apa yang terjadi. Apakah ini pertanda yang Engkau tunjukkan semalam. Terimakasih atas perlindungan-Mu Rabb, ucapku membatin.


Tidak ada komentar:

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt Informasi lomba yang akan dibagikan dalam website lomba selanjutnya, adalah Lomb...