Rabu, 08 Agustus 2012

Resonansi Jiwa [5] Duka di Perjalanan


Resonansi Jiwa [5]
Duka di Perjalanan
Dari kejauhan lampu lalu lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Seorang pria sebut saja Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tidak mau terlambat. Apalagi perempatan cukup padat sehingga lampu merah menyala cukup lama. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus jalan?
“Ah, aku tidak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikir Jack sambil terus melaju.
Tapi tiba-tiba ia mendengar suara pluit. Dan di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack pun menepikan kendaraan sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Dan tak lain adalah Bobby, teman mainnya semasa SMA dulu. Kemudian jack melompat keluar dan membuka lengannya sambil berkata.
“Hei Bob, haa, senang sekali ketemu kamu lagi,”
“Hei Jack,” jawab Bobby tanpa senyum.
“Waduh, sepertinya saya kena tilang lagi nich. Saya memang agak terburu-buru Bob. Hehe… Maklum hari ini istri saya ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat ke rumah dong, istri saya sudah menunggu di rumah masalahnya,”
Jack mencoba berkilah.
“Hm Saya mengerti. Tapi sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persmpangan ini. Sekarang berikan SIM-mu Jack,” jawab Bobby.
Dan kemudian ia menulis sesuatu di buku tilangnya.
Melihat sikap Bobby yang dingin, Jack masuk ke mobil dan memandangi wajah Bobby dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bobby kembali ke posnya. Jack mengambil surat yang diselipkan Bobby di sela kaca jendela. Tapi ternyata SIM-nya dikembalikan bersama dengan sebuah nota tulisan tangan Bobby yang isinya adalah :
Halo Jack, tahukah kamu, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu di hukum penjara selama tiga bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya Jack. Begitu juga kali ini. Maafkan aku teman. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah di jalan.
Salam Bobby
Setelah membacanya, Jack terhenyak dan langsung mencari Bobby. Tapi ia sudah meninggalkan pos. Dan sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
#SUMMARY
Kawan, tidak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi tawa kita tidak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga. Jalanilah dengan penuh hati-hati.

Tidak ada komentar:

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt Informasi lomba yang akan dibagikan dalam website lomba selanjutnya, adalah Lomb...