Rabu, 28 Desember 2016

DIARY RINDU

DIARY RINDU

5 April 2000, Jakarta
Perempuan berbaju putih itu menghampiriku. Sembari tersenyum dia menatapku tajam. Menusuk jantungku. Tidak salah lagi. Alya. Kenapa Alya bisa di sini. Siapa yang memberitahu dia alamatku di Jakarta. Tidak mungkin. Tidaaakk!!!

Aku terbangun dari mimpi yang menegangkan ini. Astaghfirullah, mimpi apa ini. Kenapa tiba-tiba aku mimpi bertemu Alya. Apa gerangan yang terjadi dengan Alya? Aku harus segera pulang. Aku harus meminta maaf  kepada Alya Ya Tuhan, ampuni aku yang telah melupakan kewajibanku. Melupakan keluargaku.

6 April 2000, Padang
“Sudahlah Nak, ikhlaskan kepergian Alya agar dia tenang disisiNya. Ibu yakin sebelum kepergiannya dia telah memaafkanmu.”

Kata-kata ibu barusan menikam jantungku. Dosaku terhadap Alya begitu besar, aku telah menelantarkan dia. Bahkan di detik-detik terakhir kehidupannya aku tidak berada disampingnya. Dia pergi membawa sejuta luka. Gundukan tanah merah itu semakin basah oleh airmata penyesalan. Kesalahan ini terlalu besar, bahkan diriku sendiri tidak mampu memaafkan apalagi dirimu sayang. Sayang? Heh suami macam apa aku ini, masih sanggup bilang sayang setelah sekian lama membiarkan dia hidup dengan lukanya. Tidak pernah peduli dengan keadaannya setelah aku tinggalkan. Aku telah silau dengan gemerlapnya kota Jakarta hingga pengkhianatan itu terjadi.

Senja enam April
Diary ungu itu tergeletak di sebuah meja di sudut kamar. Rasa penasaran membuatku tergerak membuka dan membacanya. Satu per satu huruf tidak terlewatkan oleh pandangan mataku.

2 Oktober 1999, 00.01 WIB
Bismillahirrahmaanirrahiim
Sepenuh cinta untukmu belahan jiwaku
 “Sayang apa kabar? Lama tak mendengar ocehanmu, menyisakan rindu di hatiku.
Tidakkah kau merinduiku?

Sending message. Yes. Delivered. Beberapa detik berlalu pesan elektronik itu dikirim melalui jaringan yang begitu rumit sehingga masuk ke handphone-mu, serumit hatiku memaknai rindu yang kian membuncah. Khayalku, kau akan tersenyum menatap layar handphone saat pesan baru di inboxmu. Pesan dari orang yang begitu menyayangimu beberapa tahun terakhir ini. Belahan jiwamu. Aku harap kau antusias membacanya dan membalas dengan segera.

Lamunanku dibuyarkan deringan Ungu, Masih Seperti Yang Dulu. Tangan ini bergetar memencet tombol Handphone, tidak sabar ingin segera membaca balasan dari dirimu. Beribu tanya melintas dibenakku menunggu jawaban. Adakah kau juga merasakan hal yang sama denganku?

“Aku lagi sibuk, nanti aku hubungi.”

Huft… Kecewa. Tidak seperti khayalku. Apa gerangan yang terjadi? Kalimat yang tak pernah terlontar dari bibirmu sebelumnya. Tidak adakah rindu itu untukku? Atau mungkin kau telah mengalihkan pandanganmu pada perempuan lain. Astaghfirullah, tidak selayaknya aku bersu’udzon pada imamku. Ya Tuhan, semoga belahan jiwaku selalu diiringi kebahagiaan dan tetap setia pada keluarganya. Jauhkan dia dari godaan yang akan meruntuhkan biduk rumah tangga kami. Mudahkan segala urusannya Rabbi. Kembalikan dia untukku. Tautkan selalu hatinya kepadaku setelah Engkau dan Rasul-Mu Rabb. Amin.

Awal November 1999
Kamu tau sayang aku sudah tidak sabar lagi. Banyak cerita ingin kubagi denganmu. Mewujudkan mimpi-mimpi yang selama ini kita rangkai. Membesarkan jundi-jundi kita bersama. Tidakkah kau ingat kata-katamu sesaat keberangkatanmu ke Jakarta September lalu.

“Aku akan segera kembali, jaga dirimu baik-baik. Meski ragaku tak bersamamu tapi hatiku akan abadi untukmu. Jaga jundi kita ya!”

Kau kecup keningku begitu mesra seakan jiwa ini tak terpisahkan lagi. Kehangatan terakhir yang kau berikan sesaat sebelum keberangkatanmu demi menjalankan perintah atasan. Aku tak sanggup melepas kepergianmu tetapi aku harus siap menerima resiko punya suami yang menjadi tangan kanan perusahaan. Aku akan setia menunggu hingga nafas tak sanggup lagi bersemayam dijiwaku. Aku akan berusaha menjadi istri yang sholehah. Menjaga jundi kita karena ku tahu kau dan aku sangat menginginkannya. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menunggu buah cinta kita. I’m promise I will be take care our baby.


Desember 1999
Kerinduanku sungguh tidak terbendung. Kini telah bulan ketiga kau meninggalkanku. Sedikitpun tidak ada kabar untukku. Aku semakin terpasung di sahara kerinduan. Hari-hari yang kulewati terasa sepi dan semakin menyesakkan dada. Meski akal sehatku mampu melogikakan rindu tetapi hati tak mau mengalah. Entah kenapa aku begitu ingin mendengar suara manjamu. Bercengkrama bersamamu tetapi kamu terlalu sibuk, biar kerinduan ini kutahan sampai waktunya tiba.

Hari-hari yang kulewati cukup melelahkan sayang. Anak-anak di panti asuhan kita semakin nakal. Aku kewalahan mengurus mereka sendirian. Andai kamu di sini kita bisa bersama membesarkan mereka. Ah sudahlah esok saja kuceritakan untukmu bagaimana tingkah polah mereka. Aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu. Cepat pulang cepat kembali sayang.

Januari 2000
Huft, aku kecewa lagi. Lagi-lagi tidak bisa dihubungi. Entah kali yang keberapa aku mencoba menelfonmu setelah sms terakhir tiga bulan yang lalu. Kamu kemana sayang? Kenapa handphonemu sering tidak aktif bahkan kamu tidak pernah mengabariku setelah sms hari itu. Janji akan menghubungiku tidak pernah terbukti. Aku menantikan kabar darimu. Aku begitu ingin mendengar suaramu. Tidakkah kau ingat janji kita. Janji untuk saling memberi kabar. Tetapi buktinya apa. Telah tiga bulan berlalu tanpa berita.

Setiap malam kusenandungkan kidung rindu untuk menemani jiwa yang sepi. Menatap bulan yang seakan mengerti kegelisahan hati dan jiwa. Pikiranku melayang ke waktu silam, saat perjumpaan kita dirumah sakit. Kita bertemu saat mengambil resep dokter. Kau begitu cuek. Penampilanmu yang sederhana membuat hatiku tergoda. Sign first love.

Semenjak itu kita sering bertemu hingga takdir mengizinkan kita berkenalan. Fikri, itu namamu saat kau mengulurkan tangan di lorong rumah sakit. Saat itu aku menemani Ayah yang sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit stroke yang diderita ayah. Begitu juga dirimu ketika itu kau juga menemani ayahmu yang menderita penyakit yang sama dengan ayahku. Kau sering menemaniku saat aku sedih. Bercerita. Berbagi pengalaman hidup. Ah dirimu, begitu mempesona. Cuek tapi perhatian. Hingga detik ini aku tidak bisa mengalihkan pandanganku kepada yang lain. Kau satu-satunya pria yang pernah menaklukkan hatiku. Entah kenapa sosok dirimu begitu sempurna dimataku. Perhatian yang kau berikan membuatku percaya  akan cinta. Hingga akhirnya kau menetapkan pilihan menjadikanku sebagai pendamping hidupmu beberapa bulan setelah pertemuan kita di rumah sakit. Sungguh anugrah terindah yang pernah kumiliki. Dan sekarang aku telah menjadi seorang ibu. Kau telah tanamkan bibit dirahimku.

Aku akan belajar bagaimana menjadi seorang ibu yang baik buat jundi kita. Membaca buku-buku tentang kehamilan dan bagaimana mendidik anak menjadi anak yang soleh dan pintar. Pokoknya do the best for our baby. I am promise honey, menjaga jundi kita. Aku akan rajin membaca surat Yusuf agar jundi kita setampan Nabi Yusuf. Jangan khawatir, ibu bersedia menemaniku di sini, berbagi cerita bagaimana merawat bayi sampai dia tumbuh dewasa dan menjadikan dia anak yang sholeh seperti dirimu.

Februari 2000
Sayang, aku begitu bahagia. Cepatlah pulang. Rindu ini semakin hari semakin meninggi bak gunung pasir. Tidakkah sedikitpun kau merinduiku? Terakhir sms-mu akan menghubungiku empat bulan yang lalu. Tetapi sampai saat ini kau tidak pernah mengabari keadaanmu di sana. Adakah kau bahagia? Begitu sibukkah dirimu? Terlalu banyakkah proyek yang harus kau selesaikan hingga kau tidak sempat merinduiku. Bahkan mungkin mengingatku.

Begitu banyak pertanyaan menari dibenakku menunggu jawabmu. Tolong jawab sayang, jangan biarkan aku gelisah menunggumu di sini. Sedikit kabar darimu mampu mensuplai energiku yang semakin hari semakin berkurang karena menanggung beban rindu padamu. Atau jangan-jangan kau telah mempunyai belahan jiwa yang baru di sana dan melupakanku? Ah tidak mungkin! Kau berjanji kembali untukku setelah pekerjaanmu selesai. Tetapi kenapa begitu lama sayang? Dulu kau bilang hanya dua bulan di Jakarta. Tetapi sekarang telah bulan kelima semenjak keberangkatanmu bulan September lalu. Kau tak jua kembali.


Maret 2000
Aku tergugu mendengar apa yag diucapkan dokter Jimmy dua hari yang lalu.
“Maaf ibu, ibu menderita penyakit Leukemia Miekamusitik Akut,”
“Apa? Dokter tidak sedang bercanda kan?”
“Benar Bu,”
“Tapi kenapa bisa Dok? Apa penyebabnya Dok?
“Leukimia bisa disebabkan oleh Radiasi, Leukemogenik, Herediter dan Virus. Untuk sementara ibu bisa lakukan sistem therapi yang sering digunakan yaitu kombinasi antara Chemotherapy dan pemberian obat-obatan yang berfokus pada pemberhentian produksi sel darah putih yang tidak normal dalam sum-sum tulang.”

Ya Tuhan, bagaimana mungkin aku bisa menderita penyakit ganas seperti ini. Kuatkan aku Tuhan menjalani sisa umur ini. Beri aku kesabaran agar ikhlas menerima ujian ini Rabb.

Mas, maafkan aku. Kita tidak ditakdirkan menjalani hari tua bersama. Umurku tidak akan lama lagi mas, aku divonis mengidap penyakit mematikan, Leukemia Miekamusitik Akut. Jika suatu saat kau membaca coretan ini dan saat itu aku tak lagi disampingmu. Ikhlaskan kepergianku Mas. Kutitipkan rindu pada angin yang akan menemani hari-harimu. Semoga kau menemukan perempuan cantik yang menggantikan posisiku dihatimu. Aku tidak tau, apakah sekarang kau telah menemukan penggantiku hingga membuatmu lupa tanggung jawabmu sebagai imam di keluargamu. Sekarang aku ikhlas Mas jika kamu tidak menghubungiku atau menanyakan kabarku. Dipenghujung doaku akan selalu ada namamu. Berharap bahagia setia menemani setiap helaan nafasmu. Aku tidak tahu kapan maut menjemputku. Yang aku tahu, aku punya sejuta rindu untukmu. Aku begitu menyayangimu Mas. Sungguh berat melupakan kenangan kita.

Lima tahun biduk rumah tangga ini terjalin. Suka duka kehidupan kita lalui bersama. Saat ini keikhlasanku diuji untuk melupakan orang yang sangat aku sayangi. Jika esok pagi tidak ada lagi untukku, izinkan aku meminta maaf atas kepergian tanpa izin ini. Begitu besar dosa yang kulakukan karena telah pergi tanpa seizin imamku. Ketahuilah, kepergian ini bukan maksud mengkhianatimu tetapi bukti cintaku untukmu Pangeranku. Mungkin kontrakku telah habis untuk tinggal di bumi ini. Ikhlaskan dan maafkanku sayang. Semoga kita dipertemukan di Syurga.
Cintamu
Alya

Ya Tuhan, Alya pergi karena menderita Leukimia. Tidak satupun yang tahu tentang penyakitnya. Penantian yang panjang membuat hidupnya semakin berat. Kau sungguh mulia, istri solehah. Perempuan Syurga. Aku suami yang bejat. Mungkin ini lebih baik untukku.

Gunting yang berada diatas meja telah mendarat diperut Fikri. Seketika malaikat maut menjemputnya.
***




#salah satu tulisan di Buku Kumcer "Singgalang, hatiku gamang"


PALESTINE VS VALENTINE

PALESTINE VS VALENTINE

14 Februari. Yupz, Valentine Day. Momen spesial buat muda-mudi zaman sekarang. Konon katanya 14 Februari diabadikan sebagai hari kasih sayang. Saatnya mengungkapkan cinta dan sayang kepada pasangan atau hanya sekadar tukaran kado. Jauh berbeda denganku karena tidak ada yang spesial dengan tanggal 14 Februari. Aku dan keluarga selalu mencanangkan setiap hari sebagai hari kasih sayang. Jadi kami sekeluarga tidak pernah memperingati valentine day atau mengucapkan happy valentine kepada teman dan kerabat. Say No to Valentine, ideologi keluarga.

Aku dan adik-adik dilarang ayah dan ibu membicarakan valentine day, apalagi merayakannya. Karena dalam Islam tidak ada yang namanya hari khusus untuk memperingati hari kasih sayang. Setiap hari adalah hari kasih sayang. Ditambah pula valentine day merupakan budaya barat. Hal ini sangat bertentangan dengan paham keluargaku yang anti dengan budaya barat. Tetapi aku mau berkisah tentang persiapan teman-temanku di SMA yang sibuk memikirkan persiapan valentine mereka. Mulai dari persiapan pakaian apa yang akan mereka pakai, kado apa yang akan diberikan kepada pasangan, bahkan dandanan seperti apa yang akan mereka bawakan ketika party nanti juga menjadi topik terhangat diantara mereka. Aku hanya termangu-mangu melihat mereka yang tidak henti-hentinya berceloteh tentang valentine. Valentine oh valentine. Begitu kuatkah pesona dirimu hingga mampu menyihir setiap pasangan yang dimabuk asmara. Bahkan kasih sayang menjadi dalih pembenaran untuk ikut partisipasi di hari bahagia umat non muslim.

Oya lupa, satu lagi mereka juga membicarakan pasangan yang mereka bawa nanti. Teman-teman yang tidak punya pasangan akan dicarikan pasangan oleh yang lain. Hadueh, pokoknya hari itu harus menjadi hari yang spesial dalam hidup mereka. Ckckck… sungguh menyedihkan memang.

Ketika dunia dihebohkan dengan krisis akhlak dan moral. Serta kasus Palestina yang tidak kunjung menemukan solusi. Bahkan penyerangan Israel yang tak henti-hentinya terhadap Palestina menjadi berita terhangat di media cetak dan elektronik. Ironisnya, Palestina menjadi pihak yang selalu dituding dalam pemberitaan. Padahal telah berpuluh ribu korban berjatuhan, mulai dari orang tua, dewasa, remaja, bahkan anak-anak sekalipun tidak luput dari rudal Israel. Tidak peduli laki atau perempuan. Tidak pandang bulu. Siapapun mereka atas nama warga Palestine bersiap-siaplah menjemput kematiannya. Tetapi hal itu tidak pernah menyisakan kekhawatiran bagi rakyat Palestine. Bahkan semangat juang mereka semakin menggebu-gebu. Kematian suatu hal yang mereka dambakan. Syahid dijalan-Nya. Ditambah lagi kasus bentrokan para demonstran Mesir yang juga menelan korban jiwa. Tetapi mengapa kita yang juga seorang Muslim malah sibuk dengan persiapan menyambut acara yang notabenenya bukan dari Islam. Sedangkan mereka masih sempat-sempatnya bersenang-senang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Astaghfirullah, sampai kapan kita akan terpengaruh dengan budaya yang sama sekali tidak mendidik itu. Waduh kok sampai ke Palestina segala ya? Hehe… tidak apa-apa kan aku cerita, toch memang kenyataannya seperti itu kan.

Oya kembali ke valentine day yah, sekarang tanggal 13 Februari. H-1 menjelang valentine day. Teringat perbincangan dengan teman-temanku disekolah kemarin. Masih terngiang cemoohan mereka karena aku menolak untuk ikut party besok.

“Idih … sok suci kamu, pake Say No to Valentine segala, padahal kamu pengen kan!” ujar Kemala dengan sinisnya.

“Iya, pake dalih segala yang penting kita nggak murtad,” sambut Vindy.

“He eh, pake acara Cay No Palentine segala!” ejek Clara dengan English-nya yang diplesetkan.

Huh … capek dech ngomong sama mereka, mau dibilang seratus kali pun Say No to Valentine. Kagak bakalan mengerti. Tapi ya sudahlah, yang penting aku telah mengingatkan mereka. Up to you aja dech… Aku hanya diam. Lagian untuk apa berdebat. Buang-buang energi aja. Toch mereka tidak bakalan membatalkan acaranya. Yang penting aku tidak berpartisipasi dalam pesta maksiat nantinya.
* * *
Pukul 23.50 WIB, 13 Februari, at my home.

Detik-detik menjelang 14 Februari, teringat teman-temanku yang sedang bersenang-senang menunggu datangnya Valentine day. Entah kenapa perasaanku tidak enak sejak sore tadi. Feeling-ku kurang bagus mengenai party teman-teman.

“Ah, kenapa aku harus memikirkan acara itu, apa untungnya bagiku,” gumamku membatin.

Lalu kuputuskan untuk wudhu dan shalat Isya, karena sedari tadi aku keasyikan membaca antologi cerpen Palestine. Setelah shalat aku langsung tidur, berharap esok pagi mau menungguku kembali. Bismika allahumma ahyawabismika aamut.
***
“Dor … Dor … Dor … “

Bunyi letupan senjata itu terdengar jelas ditelingaku. Tank-tank Israel melakukan penyerangan di pagi buta, saat Adzan Subuh mulai berkumandang. Terdengar pekikan takbir bergema mengiringi setiap tembakan yang dilancarkan zionis Israel. Tetapi kenapa aku ada di sini? Sejak kapan aku berada di Palestine. Mendengarkan suara dentuman senjata yang menembaki pemukiman warga. Serta pekikan wanita dan anak-anak karena tembakan tentara Israel. Mengherankan. Suara itu sangat dekat dari tempat tinggalku. Bukannya semalam aku masih di Indonesia, di rumah tercintaku. Tiba-tiba terdengar suara tembakan mengarah ke pintu rumahku. Sepasukan tentara mendobrak pintu, lalu menembak membabi buta. Orang tuaku yang sedang melakukan shalat Subuh berjamaah langsung tersungkur bersimbah darah. Aku langsung berteriak memanggil ayah dan ibu.
***
“Ayaah … Ibuu …” teriakku tertahan.

Tiba-tiba tubuhku diguncang seeorang.

“Moniic, bangun sayang kamu kenapa? Ini ayah dan ibu di sini nak,” ujar ibuku khawatir.

“Iya, kamu kenapa nak, mimpi buruk ya,” terdengar suara ayah menimpali.

Suara lembut ibu membangunkanku. Perlahan aku membuka mata dan menatap Ayah. Astaghfirullah, ternyata aku hanya mimpi. Untung ayah dan ibuku masih ada. Aku langsung memeluk ibu dengan erat layaknya anak kecil yang sedang ketakutan. Ibu keheranan melihat tingkahku. Lalu aku menceritakan apa yang terjadi dalam mimpiku semalam. Ayah dan ibu cuma geleng-geleng kepala mendengar celotehanku.

“Mungkin karena pengaruh buku yang kamu baca semalam, ya sudah sekarang ambil wudhu kita shalat berjamaah,” ujar ayah menanggapi ceritaku.

“Iya, buruan sana nanti kita terlambat shalat subuhnya,” tambah ibu.

“Ya Bu,” jawabku pendek.

Aku langsung menuruti kata-kata ayah dan ibu sambil berjalan menuju kamar mandi. Ayah dan Ibu menunggu sambil membaca Al-quran. Pikiranku masih melayang-layang mengingat mimpi semalam. Kengerian mendengar tembakan dan teriakan orang-orang masih lekat dibenakku. Namun aku mencoba menepisnya.

Subuh kali ini begitu hangat tetapi penuh misteri. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan panggilan ibu. Salah seorang teman sekelasku barusan menelfon, mengatakan bahwa Kemala ditangkap polisi karena ketahuan membagi-bagikan pil ekstasi saat party semalam.

Astaghfirullah, apa yang terjadi. Apakah ini pertanda yang Engkau tunjukkan semalam. Terimakasih atas perlindungan-Mu Rabb, ucapku membatin.


Minggu, 31 Mei 2015

Kerajaan Turki Usmani




 
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara ongol,kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu,
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Untuk mengetahui labih jelasnya maka dalam makalah ini akan kami terangkan lebih lanjut mengenai Turki Usmani.

A. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah (Hamka,1975:205). Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah (Bosworth,1990:163).  Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil (Hasan, 1989:324-325). Dibawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibukota (Yatim, 2003:130).  Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.  Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan.
Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.  
B. Perkembangan Turki Usmani
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Usman (raja besar keluarga Usman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.  Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah itulah yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani,ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan yang baru. Mrerasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu K RISTEN Eropa tersebut.
 
Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian meninggal pada tahun 1403 M (Ali, 1991:183). Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasardasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).
Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur.
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam (Ambari, 1993:211).
Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa system kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi. Usmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul. Peranan utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad pertengahan dari pereode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir (Lapidus, 1999:553).  
Demikianlah perkembangan dalam kerajaan Turki Usmani yang selalu berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka (para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas tinggalan dari nenek moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri / penguasa lain selain Turki Usmani. Hal ini terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengnkapi dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat
C. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M) (Yatim, 2003:133-134). Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya :
 
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan Usmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah . Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat beberapa bupati. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa Al-Abhur , yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, di ujung namanya di
tambah gelar al-Qanuni (Hitti, 1970:713-714).  
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana rajaraja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari Arab (Toprak, 1981:60). Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Usmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari Turki Usmani .
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran ajaran thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
1. Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
2. Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.
3. Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel yang berada
pada tititk temu antara Asia dan Eropa (Al Nadwi, 1987:244).
Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki Usmani sangatlah baik, serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki Usmani.
D. Turki Pasca Sulaiman al-Qanuni
Masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan daripada kerajaan Turki Usmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit demi sedikit Turki Usmani mengalami kemunduran. Setelah Sulaiman meninggal Dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya, yang nenyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur akan tetapi meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M (Yatim, 2003:135).
Sultan Sulaiman di ganti Salim II. Pada masa pemerintahan Salim II (1566-1573 M), pasukan laut Usmani mengalami kekalahan atas serangan gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan sebagian armada pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan Tunisia dapat direbut musuh. Tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat direbut kembali oleh Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa pemerintahannya, keadaan dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan karena ia mempunyai kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah naiknya Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthofa I (1617-1622 M), akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthofa I turun dari jabatannya dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M).  Pada masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai mengadakan perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan, masa pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim (1640-1648 M),yang pada masanya orang-orang Venesia melakukan peperangan laut dan berhasil mengusir orang Turki Usmani di Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan Usmani menderita kekalahan dalam penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada tahun 1676 M dalam pertempuran di Mohakes, Hungaria. Turki Usmani dipaksa menandatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 M yang berisi pernyataan penyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg. Dan penyerahan Hermeniet, Padalia, Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia kepada penguasa Venesia.  Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di sepanjang pantai Asia Kecil. Namun kemenangan ini dapat direbut kembali oleh Sultan Musthofa III (1757- 1774 M). Dan pada tahun 1774 M, penguasa Usmani Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja dengan Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas Crimea (Ali, 1993:191).  Pemerintahan Turki, masa pasca Sulaiman banyak terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan Turki Usmani (kerajaan Usmani). Hal ini dikarenakan benyaknya berganti pemimpin atau penguasa yang hanya meperebutkan jabatan tanpa memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan Usmani. Sifat dari pada para pemimpin juga mempengaruhi keadaan kerajaan Usmani, seperti halnya sifat jelek yang dilakukan Sultan Murad III (1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti hawa nafsunya sehingga kehidupan moral Sultan Murad yang jelek itu menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri Usmani itu sendiri.
Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad ditinggal Sultan Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Usmani ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan memberonak terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa didaerah timur tengah mencoba bangkit memberontak. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman disebabkan karena banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam kerajaan Usmani.
E. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan semestinya.  Selaim faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
1.      Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
 
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.

3. Kelemahan para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
 
7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
 
F. Catatan Simpul
1. Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman. Beliau dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat menguasai suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang kuat. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka, Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alaudin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M), orang-orang Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan Usman I sebagai sultannya.
2. Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa kejayaan,
disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Usmani. Salah satu sumbangan terbesar kerajaan Turki Usmani dalam penyebaran Islam adalah penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453 M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Turki Usmani mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan, kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki Usmani mengalami puncak keemasan adalah pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) yang terkenal dengan
sebutan Sulaiman Agung.
3. Dari perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Usmani mengalami kemajuankemajuan yang mendukung sekali dalam pemerintahannya diantaranya :
a. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai militer yang sangat kuat dan siap bertempur kapan dan dimana saja. Di bidang urusan pemerintahan dibuat undang-undang yang berguna untuk mengatur urusan pemerintahan di Turki Usmani.
b. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, karya telah terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan Turki Usmani tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus pada bidang kemiliteran.
c. Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah besar terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama' menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama dan berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi masyarakat.
 
4. Tanda kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Usmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri, karena tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.

http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kerajaan-turki-usmani.html

BAB XV
KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah. Penaklukkan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim (Mahmudunnasir, 1981:163). Pada fase desintegrasi, Dinasti Ghaznawi mengembangkan kekuasaannya di India di bawah pimpinan Sultan Mahmud dan pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan seluruh kerajaan Hindu di wilayah ini, sekaligus mengislamkan sebagian masyarakatnya
(Mahmudunnasir, 1981:163). Setelah Dinasti Ghaznawi hancur, muncul Dinasti-Dinasti kecil seperti Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M) dan Dinasti-Dinasti lain (Nasution, 1985:82).
A. Asal-Usul Kerajaan Mughal
Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun 1526-1858 M. Dinasti Mughal di India didirikan oleh seorang penziarah dari Asia tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M),
salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan yang telah masuk Islam dan pernah berkuasa di Asia Tengah pada abad ke 15. Kerajaan ini berdiri pada saat di Asia kecil berdiri tegak sebuah kerajaan Turki Usmani dan di Persia kerajaan Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi sebuah negara-negara adikuasa di Dunia.
Mereka juga menguasai perekonomian, politik serta militer dan mengembangkan kebudayaan. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Setelah naik tahta
ia mencanangkan obsesinya untuk menguasai seluruh Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun, ambisinya itu terhalang oleh kekuatan Urbekiztan, dan mengalami kekalahan Namun berkat bantuan Ismail I (1500-1524 M), raja Safawi, Babur
dapat menguasai Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibukota Afganistan. Dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah Timur (India). Saat itu, Ibrahim Lodi, penguasa India, di landa krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Daulah Khan, Gubernur Lahore dan Alam Khan, paman Ibrahim sendiri melakukan pembangkangan pada tahun 1524 terhadap pemerintahan Ibrahim Lodi, dan meminta bantuan Babur untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu untuk menyerang kekuatan Ibrahim, tetapi gagal memperoleh kemenangan. Mereka melihat bahwa Babur tidak sungguh-sungguh membantu mereka.
Ketidakseriusan Babur menimbulkan kecurigaan di mata Daulah Khan dan Alam Khan, sehingga keduanya berbalik menyerang Babur. Kesempatan itu tidak disia-siakan Babur, ia berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua kekuatan tersebut. Daulah
Khan dan Alam Khan dapat dikalahkan, Lahore dikuasainya pada tahun 1525 M. Dari Lahore ia terus bergerak ke selatan hingga mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan pasukan Ibrahim maka terjadilah pertempuran yang dahsyat. Ibrahim beserta
ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu (Holt, 1970:22). Babur memperoleh kemenangan yang amat dramastis dalam pertempuran Panipat I (1526 M) itu, karena hanya dengan didukung 26.000 personel angkatan perang, ia dapat melumpuhkan kekuatan Ibrahim yang di dukung oleh 100.000 personel dan 1.000 pasukan gajah. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya disana. Dengan demikian berdirilah kerajaan Mughal di India. Kemenangannya yang begitu cepat mengundang reaksi dari para penguasa Hindu setempat. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari
Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang baru tiba itu, sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur
pada tanggal 16 Maret 1527 M di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.
Setelah Rajput dapat ditundukkan, konsentrasi Babur diarahkan ke Afganistan, yang saat itu dipimpin oleh Mahmud Lodi saudara Ibrahim Lodi. Kekuatan Mahmud dapat dipatahkan oleh babur tahun 1529 M sehingga Gogra dan Bihar jatuh ke bawah
kekuasaannya. Pada tahun 1530 M Babur meninggal Dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.
Humayun, putra sulung Babur dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-1539 M) negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara
tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan. Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan
Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Hamayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja
Persia, Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Setahun setelah itu (1556 M) ia meninggal Dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaanya, Din Panah (Mahmudunnasir, 1981:265-266). Sepeninggalnya kerajaan Mughal diperintah oleh anaknya yang bernama Akbar.
B. Masa Kejayaan Kerajaan Mughal
Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605). dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh
raja-raja berikutnya. Akbar menggantikan ayahnya, pada saat ia berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Kahan, seorang Syi’i. Pada masa pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan sisasisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan lain dilakukan
oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam Khan sehingga terjadilah peperangan dahsyat, yang disebut Panipat I tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra
dan Gwalior dapat dikuasai penuh (Mahmudunnasir, 1981:265-266). Setalah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam
Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia dapat menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat,
Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik (Mujib, 1967:254-255).
Hal itu membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar. Wilayah Kabul dijadikan sebagai gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia. Akbar berhasil menerapkan bentuk politik sulakhul (toleransi universal), yaitu
politik yang mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya, tidak dapat dibedakan oleh etnis atau agama.
Keberhasilan yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh penerusnya yang bernama Jehangir, Syah Jehan dan Aurangzeb yang mana mereka memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Segala macam pemberontakan dapat dipadamkan, sehingga rakyat merasa aman dan damai. Pada masa Syah Jehan banyak pendatang Portugis yang bermukim di Hugli Bengala,
menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada mereka dengan jalan menarik pajak dan menyebarkan agama KRISTEN. Kemudian Syah Jehan meninggal pada tahun 1658 M dan terjadinya perebutan tahta kerajaan di kalangan istana. Mughal terpecah menjadi beberapa bagian. Shuja menobatkan dirinya sebagai Raja di Bengala. Murad menobatkan dirinya sebagai Raja di Ahmadabad. Shuja bergerak memasuki pemerintahan di Delhi. Namun pasukan Aurangzeb berhasil mengalahkannya
pada tahun 1658 M. kemudian Aurangzeb memerangi pasukan Murad dan dimenangkan oleh Aurangzeb. Oleh karena itu, Aurangzeb secara resmi dinobatkan menjadi Raja Mughal. Langkah pertama yang dilakukan oleh Aurangzeb menghapuskan pajak, menurunkan
bahan pangan dan memberantas korupsi, kemudian ia membentuk peradilan yang berlaku di India yang dinamakan fatwa alamgiri sampai akhirnya meninggal pada tahun 1707 M. Selama satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi salah satu negara
adikuasa. Ia menguasai perekonomian Dunia dengan jaringan pemasaran barangbarangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditaklukkan dan kebudayaan yang tinggi. Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan Akbar
membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, perrtambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian.
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu di ekspor ke Eropa, Afrika, Arabia dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak di produksi di Bengal dan Gujarat. Untuk
meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat (Mujib, 1967:256). Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga
berkembang. Karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya sastra gubahan penyair istana, berbahasa Persia dan India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, dengan karyanya berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang
mengandung pesan kebajikan jiwa manusia (Holt, 1977:57). Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya.
Karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai oleh kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar di bangun istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa dan masjidmasjid
yang indah. Pada masa Syah Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore (Ikram, 1967:247).
C. Masa Kemunduran Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad Dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran, kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu para pedagang Inggris yang diijinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai. Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah
muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa
pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka (Ikram, 1967:254-255). Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, Bahadur Syah diganti oleh anaknya,
Azimus Syah. Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, Wazir Aurangzeb. Azimur Syah meninggal tahun 1712 M, dan diganti oleh putranya, Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri. Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M. Farukh Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi ia tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719M). Sebagai penggantinya diangkat
Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan bantuan kepada pemberontak
Afghan di daerah Persia (Hamka, 1981:163). Oleh karena itu, pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk kepada Nadir Syah.
Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi, setelah ia bersedia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan restorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang oleh Chin Qilich Khan yang bergelar
Nizam al-Mulk (1722-1732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi tahun 1732 M, Nizam al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabad dan menetap disana. Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah
lemah. Pemerintahan daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahananya masing-masing. Hiderabad dikuasai Nizam al-Mulk, Marathas dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan
pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab dikuasai oleh kelompok Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai oleh Syuja’ al- Din, menantu Mursyid Qulli, penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb. Sementara wilayahwilayah
pantai banyak yang dikuasai para pedagang asing, terutama EIC dari Inggris (Panikar, 1957:187). Setelah Muhamamd Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad Syah (1748-1754 M) kemudian diteruskan oleh Alamghir II (1754-1759 M), dan kemudian
diteruskan oleh Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan. Meskipun Syah Alam tetap diijinkan memakai gelar sultan. Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ni, pada tahun itu
juga, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat senjata melawan pemerintah kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung berlarut-larut. Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris (Hamka, 1981:163). Sementara itu, Najib al-Daula, wazir Mughal dikalahkan oleh aliansi
Sikh-Hindu, sehingga Delhi di kuasai oleh Sindhia dari Marathas. Akan tetapi Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris (1803 M) ((Ikram, 1967:286). Syah Alam meninggal tahun 1806 M. Tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar
II (1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar sultan
dipertahankan. Bahadur Syah (1837-1858 M), penerus Akbar, tidak menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua kekuatan tersebut. Pada waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian, karena penyelenggaraan administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus tetap menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar.
Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan
Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota
Delhi. Rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka. Adapun urutan-urutan penguasa kerajaan Mughal sebagai berikut:

1. Zahiruddin Babur (1482-1530 M)
2. Humayun (1530-1539 M)
3. Akbar Syah I (1556-1605 M)
4. Jehangir (1605-1628 M)
5. Syah Jehan (1628-1658 M)
6. Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M
7. Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
8. Azimus Syah (1712 M)
9. Jihandar Syah (1712 M)
10. Farukh Siyar (1713-1719 M)
11. Muhammad Syah (1719-1748 M)
12. Ahmad Syah (1748-1754 M)
13. Alamghir II (1754-1759 M)
14. Syah Alam II (1759-1806 M)
15. Akbar II (1806-1837 M)
16. Bahadur Syah II (1837-1858 M)



D. Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran Kerajaan Mughal
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada
satu setengah abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal.
Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam
mengoperasikan persejataan buatan Mughal itu sendiri.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan
pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan, sehingga tidak mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.
5. Banyak terjadinya pemberontakan sebagai akibat dari lemahnya para pemimpin
kerajaan Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga banyak wilayah-wilayah
kerajaan Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal. Adapun pemberontakanpemberontakan
tersebut antara lain:
a. Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda berhasil merebut Sadhura, letaknya di
sebelah utara Delhi dan juga kota Sirhind.
b. Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji Rao dan berhasil merebut wilayah
Gujarat.
c. Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan dari pasukan
Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam mengalami
kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.





1  Awal Mula Berdirinya Kerajaan Safawi
Perkembangan peradaban Islam baru bekembang di Persia sejak dinasti Abbasyiah di Baghdad mengalami kemunduran. Namun demikian, perkembangan peradaban Islam kala itu masih sebatas permulaan. Tetapi, perkembangan peradaban Islam di Persia dimulai sejak berdirinya kerajaan Safawi yang dipelopori oleh Safi al-Din yang hidup sejak tahun 1252 hingga 1334 M. Kerajaan ini berdiri di saat kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan Safawi itu sendiri berasal dari sebuah gerakan tarekat bernama Safawiyah yang diambil dari nama pendirinya yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat Safawiyah ini didirikan bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani di Turki. Hingga di masa perkembangannya, nama Safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Sebagai pendiri kerajaan, Safi al-Din dikenal sebagai pribadi yang agamis. Ia merupakan keturunan Musa al-Kazhim yang terkenal sebagai imam Syi’ah yang keenam. Setelah ia berguru dengan Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi yang dikenal dengan Zahid al-Gilani dan menjadi menantunya, ia mendirikan tarekat Safawiyah pada tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf yang bersifat lokal ini berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri yang berada di luar Ardabil inilah, Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar Khalifah untuk memimpin murid-muridnya di daerahnya masing-masing
Jumlah pengikut tarekat Safawi semakin besar. Karena tidak mencampuri politik, gerakannya dapat berjalan dengan aman baik pada masa kekuasaan Ilkhan maupun pada masa penjarahan Timur Lenk.
Dalam dekade 1447 – 1501 M Safawi memasuki tahap gerakan politik, sama halnya dengan gerakan sanusiyah di Afrika Utara. Mahdiyah di Sudan dan Maturidiyah serta Naksyabandiyah di Rusia. Sebagai gerakan politik dimulai di bawah pimpinan Junaid ibnu Ali. Akibatnya, Safawi mulai terlibat konflik-konflik dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada di Persia waktu itu, misalnya konflik politik dengan kerajaan-kerajaan Kara Koyonlo (domba hitam) yang bermazhab syi'ah dan dengan kerajaan ak-Koyonlo (domba putih) yang bermazhab Sunni di bawah kekuasaan Imperium Usmani. Karena konflik tersebut maka ia mengalami kekalahan dan diasingkan. Dalam pengasingan ia menghimpun kekuatan baru dan meminta perlindungan kepada ak-Koyonlo.
Kepemimpinan Junaid kemudian dilanjutkan oleh Haidar. Kemenangan ak-Koyunlu terhadap Kara koyunlu membuat Haidar dianggap sebagai rival politik oleh ak-Koyunlu yang dianggap dapat menghalanginya dalam meraih kekuasaan yang selanjutnya. Hal ini diwujudkan dengan cara mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan yang diserang oleh pasukan Safawi sehingga Haidar terbunuh dalam peperangan itu.
Ali bin Haidar yang memimpin Safawi berusaha membalas dendam terhadap kematian ayahnya, tetapi kemudian ditangkap dan dipenjarakan di Fars. Mereka dibebaskan dengan syarat mau bekerja sama dengan Rustam, putra mahkota ak-Koyunlu untuk memerangi saudara sepupunya. Tetapi setelah syarat itu terpenuhi, Rustam kembali menyerang Ali dan Ali terbunuh dalam peperangan itu.

Kepemimpinan Safawi beralih ketangan Ismail yang mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hibungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syria, Anatolia. Pasukan ini bernama Qizilbash (baret merah). Pada pasukan Qizilbash ini topinya dilengkapi dengan 12 rumbai yang memiliki makna Syi'ah Isna 'Asyariyah (Dua Belas Imam) mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan sifat fanatisme dan militansi para pengikut Syi'ah dengan pemimpinnya. Ismail memanfaatkan kedududkannya sebagai mursyid untuk mengkonsolidasikan kekuatan politiknya dengan menjalin hubungan dengan para pengikutnya.
Dalam waktu kurang lebih lima tahun, ia berhasil menghimpun kekuatan yang cukup besar. Setelah berhasil menaklukan Syirwan, ia bergerak menuju Ak-Koyonlo. Dalam suatu peperangan yang sengit di Sharur dekat Nackhchiwan tahun 1501 ia berhasil memenangkan peperangan dengan gemilang, sehingga pada tahun itu juga ia memasuki kota Tebrez seraya memproklamasikan berdirinya kerajaan Safawi dengan ia sendiri sebagai Syaikhnya yang pertama dan menetapkan Syi'ah Dua Belas sebagai agama resmi kerajaan Safawi. Dengan diproklamasikannya kerajaan Safawi sebagai kerajaan dan ditetapkan pula Syi'ah sebagai agama kerajaan maka merdekalah Persia dari pengaruh dari kerajaan Usmani dan kekuatan asing lainnya.
Peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya kerajaan safawi yang akan turut memberikan kontribusi dalam perkembangan kekuasaan Islam
2 Masa kejayaan dan perkembangan Kerajaan safawi
Pada masa pemerintahan Ismail, safawi berhasil mengembangkan wilayah kekuasaannya sampai ke daerah Nazandaran, Gurgan, Yazd, Diyar Bakr, Baghdad, Sirwan, dan Khurasan hingga meliputi kedaerah bulan sabit subur (fortile crescent). Kemudian ia berusaha mengembangkan wilayahnya sampai ke Turki Usmani tetapi menghadapi kekuatan besar dari kerajaan Turki Usmani yang sangat membenci golongan Syi’ah. Dalam perebutan wilayah ini Safawi mengalami kekalahan yang menyebabkan Ismail mengalami depresi yang meruntuhkan kebanggaan dan rasa percaya dirinya sehingga ia menempuh kehidupan dengan cara menyepi dan hidup hura-hura. Hal ini berpengaruh pada stabilitas politik dalam kerajaan Safawi. Contohnya adalah terjadinya perebutan kekuasaan antara pimpinan suku-suku Turki, Pejabat-pejabat keturunan Persia, dan Qizilbash.
Keadaan ini baru dapat diatsasi pada masa pemerintahan raja Abbas I. langkah-langkah yang ditempuh oleh abbas I untuk memperbaiki situasi adalah :
1.      Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang beranggotakan budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan sircassia.
2.     Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam ( Abu Bakar, Umar, Usman ) dalam khotbah Jumatnya.
Usaha-usaha tersebut terbukti membawa hasil yang baik dan membuat kerajaan Safawi kembali kuat. Kemudian Abbas I meluaskan wilayahnya dengan merebut kembali daerah yang telah lepas dari Safawi maupun mencari daerah baru. Abbas I berhasil menguasai Herat (1598 M), Marw dan balkh. Kemudian abbas I mulai kembali menyerang kerajaan Turki Usmani dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, Ganja, Baghdad, Nakhchivan, Erivan, dan Tiflis. Kemudian pada 1622 M Abbas I berhasil menguasai kep.Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas.
Pada Masa Abbas I inilah kerajaan Safawi mengalami masa kejayaan yang gemilang. Diantara bentuk kejayaannya adalah :
1.      Secara politik ia mampu mengatasi kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa sebelumnya.
2.    Dalam bidang ekonomi terjadi perkembangan ekonomi yang pesat setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Hal ini dikarenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antaraTimur dan Barat. Selain itu Safawi juga mengalami kemajuan sector pertanian terutama didaerah Bulan sabit subur (fortile crescent).
3.    Dalam bidang ilmu pengetahuan. Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dam mengembangkan ilmu pengetahuan. Beberapa ilmuwan yang hadir di majlis istana antara lain, Baha al-Din (generalis iptek), Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad (teolog,filosof,observatory kehidupan laba-laba). Dalam bidang ilmu pengetahuan, Safawi lebih mengalami kemajuan dari pada kerajaan Mughal dan Turki Usmani.
4.    Dalam bidang Pembangunan Fisik dan Seni. Para penguasa kerajaan menjadikan Isfahan menjadi kota yang sangat indah. Disana terdapat bangunan-bangunan besar dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan rakasasa di atas Zende Rudd dan istana Chilil Sutun. Dalam hal seni, terdapat dalam kemajuan pada arsitektur bangunan yang terlihat pada mesjid Shah yang dibangun pada 1611 M dan mesjid Lutf Allah yang dibangun pada 1603 M. Terlihat pula adanya peninggalan berbentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, dll.seni lukis mulai dirintis pada masa raja Tahmasp I. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 Masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum.
Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan ini menjadi salah satu dari ketiga kerajaan besar Islam di masa klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni, dan gedung-gedung bersejarah. Walaupun kurang berkembang di bidang sains, teknologi, hukum dan filsafat. 
3  Masa Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan safawi
          Sepeninggal Abbas I, Safawi diperintah oleh raja-raja yang lemah dan memiliki perangai dan sifat yang buruk. Hal ini menyebabkan rakyat kurang respon dan timbul sikap masa bodoh terhadap pemerintahan. Raja-raja yang memerintah setelah Abbas I adalah :
a.     Safi Mirza. Ia adalah raja yang kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Pada pemerintahannya kota Qandahar jatuh ketangan kerajaan Mughal dan Baghdad direbut Turki Usmani.
b.     Abbas II. Ia adalah raja yang suka mabuk, minum-minuman keras sehingga jatuh sakit dan meninggal. Sepeninggalnya kota Qandahar dapat direbut kembali oleh wazir-wazirnya.
c.     Sulaiman. Ia juga seorang pemabuk dan sering bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya.
d.     Shah Husein. Ia adalah pemimpin yang alim. Ia memberi kesempatan kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan kehendak terhadap penganut aliran sunni. Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan bangsa afghan yang dipimpin oleh Mir Vays yang kemudian digantikan oleh Mir Mahmud. Pada masa pemberontakan Mir Mahmud ini, kota qandahar lepas dari Safawi, kemudian disusul kota Isfahan. Pada 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah.
e.     Tahmasp II. Dengan dukungan dari suku Qazar Rusia, ia memproklamirkan diri sebagai raja yang berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di Astarabad. Kemudian ia bekerja sama dengan nadhir Khan  untuk memerangi bangsa Afghan yang menduduki kota Isfahan. Isfahan berhasil direbut dan Safawi kembali berdiri. Kemudian Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan pada 1732 M.
f.     Abbas III. Ia adalah pengganti Tahmasp II yang diangkat pada saat masih kecil.
Pada 1736 M, abbas III dilengserkan kemudian Kerajaan safawi diambil alih oleh Nadir Khan. Dengan begitu, maka berakhirlah kerajaan Safawi. Safawi. Hanya satu abad setelah ditinggal Abbas I, kerajaan ini mengalami kehancuran.
Factor-faktor yang menyebabkan berakhirnya kerajaan Safawi :
1.      Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab antara kedua kerajaan.
2.     Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi.
3.     Pasukam Ghulam yang dibentuk abbas I tidak memiliki semangat perang seperti Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlati dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
4.     Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana. (*)



Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt Informasi lomba yang akan dibagikan dalam website lomba selanjutnya, adalah Lomb...