Rabu, 08 Agustus 2012

Resonansi Jiwa [2] Tempayan Retak


Resonansi Jiwa [2]
Tempayan Retak
(Kita semua adalah Tempayan Retak.)
Seorang Tukang Air di India memiliki dua tempayan besar. Masing-masingnya bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang di bawa menyilang pada bahunya. Ternyata satu dari tempayan itu retak sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu  dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya. Sedangkan Tempayan Retak itu hanya dapat membawa air setengahnya. Selama dua tahun hal ini terjadi setiap hari. Si Tukang Air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya karena dapat melaksanakan tugasnya dengan sempurna.
Namun Si Tempayan Retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya. Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini tempayan retak itu berkata kepada si Tukang Air.
“Saya sungguh malu pada diri saya sendiri Tuan dan saya ingin memohon maaf kepadamu,”
“Kenapa? Kenapa kamu harus malu,” tanya Si Tukang Air.
“Ya, selama dua tahun ini saya hanya mampu membawa setengah porsi air dari yang seharusnya yang saya dapat bawa. Retakan pada sisi saya ini telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacat ku itulah tuan saya telah membuat anda rugi,” jawab Tempayan Retak dengan sedih.
Si Tukang Air merasa kasihan pada Si Tempayan Retak. Dan dalam belas kasihannya ia berkata.
“Jika kita kembali ke rumah majikan besok. Aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”
Ketika mereka naik ke bukit, Si Tempayan Retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan. Itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor. Dan kembali Tempayan Retak itu meminta maaf pada Si Tukang Air atas kegagalannya.
Si Tukang Air berkata kepada Tempayan Retak
“Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu? Tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu. Dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air kamu mengairi benih-benih tersebut. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghiasi meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu adanya majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”
#SUMMARY
Setiap kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah Tempayan Retak namun jika kita mau Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias mejanya. Di mata Tuhan yang Bijaksana tidak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekurangan anda. Kenalilah  kelemahan anda. Dan anda pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt Informasi lomba yang akan dibagikan dalam website lomba selanjutnya, adalah Lomb...