Kamis, 04 Juli 2013

Makalah Tujuan Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukan penentuan tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan inilah yang akan menentukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan peranan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis rohaniah yang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.
Berbicara mengenai tujuan pendidikan, bukanlah sekedar ucapan tanpa dasar. Karena jika ditinjau dalam Alquran Dan Hadis, pembahasan mengenai tujuan pendidikan begitu banyak. Sebagai dasar berpijak mengenai tujuan pendidikan ini tergambar dalam alquran. Tujuan dicipatakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Indikasi tugasnya berupa ibadah dan tugas sebagai khalifah Allah dimuka bumi.
Sedangkan tujuan pendidikan nasional menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan sebagai berikut : 

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Tujuan pendidikan berusaha membentuk pribadi berkualitas baik jasmani dan rohani. Dengan demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas.

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Berakhlak mulia
Akhlak merupakan bentuk jamak dari Khuluq, kata ini serumpun dengan ‘khalqun’ yang berarti ciptaan. Secara Istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih (421 H) adalah “suatu keadaan jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.”
Pendidikan akhlak adalah pendidikan yang sangat penting bagi seorang manusia sehingga Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hal ini tergambar dalam sabda Nabi yang berbunyi :




Artinya : “Dari Abi Hurairah r.a. berkata , Rasulullah SAW berkata  : sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”

Dari dua buah hadis diatas, dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan bagi manusia adalah menjadikan manusia berakhlak mulia. Begitu pentingnya akhlak bagi seseorang, sehingga Nabi mengatakan bahwa orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling baik akhlaknya. Hal ini tergambar dalam beberapa hadis Nabi dibawah ini :


Artinya : “ Hamba Allah yang  paling dicintai Allah, yang paling baik akhlaknya”
Diriwayatkan oleh : at Thabrani dalam Al kabir dari Usamah bin Syarik Ad Dzibyani. As Suyuthi menilai hadis ini hasan. Almunawi dan Almundzari cendrung mensahihkannya.

Mengenai akhlak ini juga ditegaskan dalam sabdanya yang berbunyi :
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُم كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya : ”Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Dan ikutilah perbuatan dosa dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah orang dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, hadits hasan sahih).
Akhlak seorang manusi juga menentukan niali manusia itu sendiri. Hal ini sesuai dengan hadis dibawah ini :

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي  يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ
Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun”. Sahabat berkata : “Ya Rasulullah…kami sudah tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong” (HR. Tirmidzi.)[1]

Dalam hadis diatas tersirat  dorongan yang kuat agar selalu berakhlak yang mulia karena orang yang berakhlak mulia akan diridhai Allah SWT. Dan yang berakhlak tercela akan dibenci oleh Allah SWT.

2.      Berilmu pengetahuan
Agama Islam merupakan agama yang menghormati akal, sehingga menuntut ilmu menjadi kewajiban setiap umat islam. Bahkan kedudukan orang yang berilmu lebih tinggi dari orang yang beribadah. Dalam kehidupan, jika menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat maka tuntutlah ilmu. Karena hanya dengan ilmu semua itu tercapai. Seperti tergambar dalam hadis Nabi dibawah ini[2]:

Artinya : “ Barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka (caranya) dengan ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka (caranya) dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya (kebahagiaan dunia dan akhirat), maka (caranya) dengan ilmu.

Begitu pentingnya seseorang untuk memanfaatkan akalnya sehingga mereka disuruh untuk menuntut ilmu.

حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَدٍ سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya: “ Telah menceritakan kepada kami hujjaj ibn Minhaal telah menceritakan syu’bah ia berkata ‘Alqamah ibn mursyid telah mengkhabarkan kepadaku saya mendengar Said ibn ‘Ubaidah dari ayah Abdurrahman al-silmy dari ‘Usman ra Nabi SAW telah bersabda: “Yang paling baik di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. (Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari,1987:1919)
Dalam hadis diatas dikatakan bahwa orang yang paling baik diantara manusia adalah orang yang mempelajari alquran dan mengajarakannya pada orang lain. Dari hadis ini dapat terlihat bahwa pentingnya ilmu dalam kehidupan seseorang dan mengajarkannya pada orang lain. Kedudukan orang yang menuntut ilmu pun lebih tinggi dari ahli ibadah, seperti yang tercantum dalam hadis dibawah ini

Artinya : Dari Abu Umamah r.a. sesungguhnyanRasulullah saw bersabda :  “Kelebihan orang yang berilmu (‘alim) dengan orang yang banyak beribadah (‘abid) seperti kelebihanku dengan seorang yang terendah diantaramu. Kemudian rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah, para malaikat serta penduduk langit dan bumi sampai seekor semut di sarangnya atau ikan di lautan, semuanya bershalawat (mengucapkan selamat) bagi orang mengajari manusia”( Tirmizi dari Abu Umamah Al Bahili)
Hadis diatas menerangkan tentang kelebihan orang yang berilmu yang beribadat dengan seorang ahli ibadah seperti kemuliaan rasulullah dibanding kemuliaan orang yang terendah dikalangan sahabat. Penyamaan ini menerangkan keharusannya orang yang berilmu beribadah dan orang yang beribadah berilmu. Bahwa orang yang berilmu lebih utama, dikarenakan jika ia bukan ahli ibadah, ilmunya akan tetap menjadi perhatian orang kepadanya. Adapun ahli ibadah yang tidak berilmu dengan segala kekurangannya itu ia lebih utama dibanding seorang berpengetahuan yang tidak beribadah yang hanya sibuk dengan berbagai urusan.
3.      Menyiapkan anak bahagia dunia akherat
Sabda Rasul SAW[3]:

Artinya :“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi. (HR. Bukhari).

Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan . Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-nya serta berbakti kepada orangtuanya. Dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas.
Para orang tua harus meneladani Nabi Ibrahim AS dan Ya’qub AS yang senantiasa mewasiatkan anak-anaknya tentang agama ini. "Sungguh Allah telah memilih bagimu agama ini, maka janganlah  sekali-kali  kamu mati kecuali telah Islam secara benar" (QS:  Al  Baqarah:  132). Dalam QS. Al Baqarah 133 disebutkan bahwa Nabi Ya'qub AS sangat memperhatikan aqidah anak-anaknya apabila beliau wafat. Beliau menanyakan: "madzaa ta'buduuna  min  ba'di"  (Apa  gerangan  yang akan kamu sembah setelah kematianku?).
Dasar-dasar pendidikan anak dalam Islam dapat disimpulkan dari berbagai ayat, antara lain  QS: Luqman: 12 - 19 dan QS: As Shafaat: 102, serta berbagai hadits Rasulullah SAW.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang harus diikuti oleh setiap orang dalam menciptakan akhlak yang baik. Disamping itu orang yang memiliki akhlak dan ilmu yang baik akan dihormati oleh orang lain dan juga Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sehingga orang yang berilmu itu akan menjadi mulia dalam  pandangan Allah apalagi dalam pandangan manusia. Dari penjelasan diatas juga disampaikan bahwa Rasulullah SAW sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak ini, sehingga dia menyampaikan bahwa orang yang tinggi akhlaknya sebagai orang yang beriman dan paling dekat posisinya dengan Nabi diakhirat.

B.     Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai tujuan pendidikan ini, diharapkan pendidikan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam, sehingga peserta didik mampu memiliki akhlak yang mulia.
Dalam pembahasan ini, kami mengakui masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi penulisan kata maupun pemaknaannya yang kurang tepat. Oleh karena itu kami mohon kritikan dan saran dari pembaca.











[1] http://abumushlih.com/sudahkah-kita-meneladani-akhlak-salafus-shalih.html/comment-page-1/
[3] http://ummusyauqy.wordpress.com/page/3/

Tidak ada komentar:

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt Informasi lomba yang akan dibagikan dalam website lomba selanjutnya, adalah Lomb...