Sabtu, 16 Mei 2015

Evaluasi Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN



Di negara-negara yang sudah maju, pendidikan dipandang sebagai sarana utama untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk beberapa masalah tertentu, kesejahteraan bangsa dibebankan ke pundak sekolah dan universitas.
Diakui bahawa kritik-kritik sering muncul tentang pendidikan yang sering berubah dan tidak seimbang, kurikulum yang kurang tepat dengan mata pelajaran yang terlalu banyak dan tidak berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Namun masalah yang paling parah pada setiap sistem pendidikan yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.
Oleh sebab itu, pemakalah menyusun  makalah ini agar para pembaca lebih memahami betapa penntingnya evaluasi pembelajaran ini dilaksanakan, diantaranya evaluasi ini dapat memberikan pendekatan yang lebih banyak dalam memberikan informasi kepada pendidikan untuk membantu perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan.








BAB II
PEMBAHASAN



A.   Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar
1.     Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan juga dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Dengan prinsip komprehensif dimaksudkan bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh.
Evaluasi ini tidak boleh dilakukan secara terpisah-pisah, melainkan harus dilaksanakan secara utuh menyeluruh. Dengan kata lain, evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati. Dalam hubungan ini, evaluasi hasil belajar disamping dapat mengungkap aspek proses berpikir juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya yaitu aspek nilai atau sikap dan aspek keterampilan yang melekat pada diri masing-masing individu peserta didik.
Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh menyeluruh akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subyek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.

2.     Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas (continuity). Dengan prinsip kesinambungan dimaksudkan bahwa evaluasi  hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung dari waktu ke waktu.
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara berkesinambungan itu juga dimaksudkan agar pihak evalator dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu diambil untuk masa-masa selanjutnya agar tujuan pengajaran sebagaimana telah dirumuskan pada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
3.     Prinsip Obyektivitas
Prinsip objektivitas (objectivity) mengandung makna, bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subyektf.
Dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar, seorang evalator harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar, menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat subyektif.
B.     Ciri-ciri Evaluasi Belajar
1.     Evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan belajar peserta didik tersebut, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung. Seorang pendidik yang ingin menentukan manakah di antara para peserta didik yang tergolong “lebih pandai” ketimbang peserta didik lainnya, maka yang diukur bukanlah “pandai”nya, melainkan fenomena yang tampak dari kepndaian yang dimiliki oleh para peserta didik yang bersnagkutan. Dalam hubungan ini, Carl Witheington mengatakan bahwa indikator yang dijadikan sebagi tolok ukur untuk menyatakan bahwa seorang peserta didik termasuk kategori “pandai” apabila:
a)    Kemampuan untuk bekerja dengan angka-angka atau bilangan-bilangan,
b)    kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar,
c)      kemampuan untuk menangakap sesuatu yang baru,
d)    kemampan untuk mengingat sesuatu,
e)     kemampuan untuk memahami hubungan antargejala yang satu dengan gejala yang lainnya, dan
f)       kemampuan untuk berpikir secara abstrak.
2.     Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat kuantitatif, atau lebih sering menggunakan simbol-simbol angka, selanjutnya dianaisis dengan menggunakan metode statistik unuk pada akhirnya diberikan interprtasisecara kualitatif.
3.     Pada kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau satuan-satuan tetap, hal ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen, jika dihadapkan pada suatu tes hasil belajar maka prestasi belajar yang mereka raih akan terlukis dalam bentuk kurva normal.
4.     Prestasi belajar yang dicapai oleh para peseta didik dari waktu ke waktu adalah bersifat relatif, dalam arti bahwa hasil-hasil evaluasi terhadap keberhasilan belajar peserta didik itu pada umumya tidak selalu menunjukkan kesamaan.
5.     Dalam kegiatan evaluais hasil belajar, sulit dihindari terjaidnya kekeliruan pengukuran.
Menurut J. P. Guilford, ada empat hal yang dipandang paling erat hubungannya dengan kekeliruan pengukuran tersebut, yaitu
1)    Kekeliruan sampling, yaitu kekeliruan yang diperbuat oleh tester dalam menentukan burtir-butir item sebagai sampel dari materi pelajaran yang seharusnya diujikan. Hal ini disebabkan, setiap kegiatan tes atau ujian, pihak penguji hanaya mengambil beberapa saja dari sekian banyak  bahan yang seharusnya diujikan. Dengan kata lain, penguji terpaksa melakukan “reduksi” terhadap keseluruhan bahan pelajaran  yang seharusnya diujikan, dalam bentuk sampel. Di sini pihak penguji membuat perkiraan bahwa dengan  hanya menggunakan sebagian kecil saja dari keseluruhan materi yang seharusnya diujikan itu, ia hanya menyusun butir-butir soal yang menurut keyakinannya cukup representatif atau layak untuk mewakili keseluruhan materi yang ada oleh karena butir-butir soal tesitu dijabarkan dari suatu perkiraan yang mendasarkan diri pada sampel, maka kekeliruan hasil pengukuran akan segera terjadi manakala pemilihan dan penentuan sampel itu sendiri tidak terlaksana secara teliti, sistematik, dan reseprentatif,
2)    Kekeliruan scoring, yaitu kekeliruan dalam melakukan pemberian skor, maksudnya kekeliruan hasil pengukuran yang bersumber dari kekeliruan pihak penguji dalam memberikan skor terhadap jawaban-jawaban betul yang telah diberikan oleh testee terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes.
3)    Kekeliruan ranking, yaitu kekeliruan yang diperbuat oleh pemberi skor dalam menentukan urutan kedudukan skor yang dimiliki oleh peserta didik dalam suatu tes. Sebagai akibat, testee yang seharusnya memperoleh ranking lebih tinggi, rankingnya menjadi lebih rendah, atau sebaliknya.
4)    Kekeliuan guessing, yaitu kekeliruan yang terjadi sebagai akibat permainan spekulasi atau tebak terka di kalangan tes-tes dalam memberikan jawaban terhadap butir-butir soal yang diajukan kepada mereka.
Matrik tentang sumber-sumber penyebab, latar belakang dan jenis-jenis kekliruan (error) dalam pengukuran hasil belajar:
Sumber penyebab terjadinya eror
Latar belakang
Jenis error
Alat evaluasi (Alat Pengukur) hasil belajar (test).
Butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes tidak mencerminkan atau tidak merupakan wakil yang representatif dari keseluruhan bahan pelajaran yang seharusnya diteskan.
Sampling error
Evaluator/tester
Evaluator bertindak kurang teliti atau kurang cermat dalam perhitungan angka-angka (skor).
Scoring error dan ranking error
Suasana batin yang menyelimuti diri evaluator, seperti perasaan resah, susah, murung, dan sebagainya.
Sifat pemurah atau sifat pelit yang melekat pada diri evaluator (tester), sifat pemurah itu dapat berakibat bahwa nilai yang diberikan kepada testee menjadi lebih tinggi dari nilai yang semestinya harus diberikan kepada testee yang bersangkutan, dan sebaliknya.
Karena terjadinya hallo effect, dimana evaluator terpengaruh oleh berita, informasi dan lain-lain yang datang dari teman-teman sejawatnya, sehingga dalam pemberian nilai hasil belajar mempengaruhi diri evaluator tersebut.
Evaluator terpengaruh oleh hasil tes yang dicapai oleh peserta didik pada waktu-waktu yang lalu, misalnya kesan yang jelek mengenai diri peserta didik pada masa-masa lalu dapat berakibat pemberian nilai menjadi lebih rendah daripada nilai yang semestinya menjadi hak peserta didik yang bersangkutan.
Peserta didik/peserta tes
Peserta tes (testee) bermain tebak terka/berspekulasi/melakukan kerja sama yang tidak sehat di dalam menerjakan soal-soal tes.

Guessing error
Kondisi fisik, kondisi psikis dan nasib sial yang menimpa diri testee pada saat berlangsungnya evaluasi hasil belajar.

Scoring error
Situasi testing
Suasana gaduh, kacau atau bising, pengawasan tes yang terlalu ketat atau longgar.
Scoring error

C.    Objek Evaluasi Pembelajaran
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni:
1.     Ranah Kognitif
Ranah kognitif yaitu ranah yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
a.       Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk meningat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini merupakan prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.
Kata-kata operasional: mendefinisikan, mendiskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan, dan mereprosedur.
Contoh: Sebutkanlah rumus volume prisma segitiga!
b.     Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami  sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman.
Kata-kata opersional: mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisir, memberikan contoh, menuliskan, kembali, dan memperkirakan.
Contoh: Diantara gambar-gambar di bawah ini yang dapat disebut sebagai segitiga siku-siku adalah:
a.      



 
b.      



 
c.        

                           
Untuk dapat menentukan gambar mana yang dapat dinamakan segitiga siku-siku, maka ia harus menghubungkan konsep segitiga dan konsep siku-siku.
c.         Aplikasi
Aplikasi yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsp, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongret.
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu, ada satu unsur lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang uumum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus.
Kata-kata operasional: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, memodifikasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
Contoh: Untuk menyelesaikan hitungan 51 x 40 = n
  maka paling tepat kita gunakan:
a.     Hukum asosiatif
b.     Hukum komutatif
c.       Hukum distributive


d.     Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.
Kata-kata operasional: memperinci, mengasuh diagram, membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi.
Contoh:
Jika x bilangan rasional dan y bilangan irasional, tunjukkan bahwa x + y, x – y, dan xy bilangan irasional!
e.        Sintesis
Sintesis merupakan suatu porses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstuktur atau berbentuk pola baru.
Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpkir divergen pemecahan atau jawaban belum dapat dipastikan. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadi orang yang lebih kreatif.
Kata-kata operasional: mengkategorisir, mengkombinir, mengarang, menciptakan, membuat design, menjelaskan, memodifikasikan, mengorganiasasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, merekonstruksikan, menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, dan menceritakan.
Contoh:
Fungsi f dikatakan fungsi genap pada selang I jika f(-x) = f(x)  x I, dan dikatakan fungsi ganjil jika f(-x) = -f(x)  x I. Berdasarkan ini, jelaskanlah istilah fungsi tidak genap dan fungsi tidak ganjil. Apakah terdapat fungsi tidak genap dan tidak ganjil, serta fungsi yang genap dan ganjil?
f.          Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode dan materil.
Kata-kata operasional: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendiskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan dan menghubungkan membantu.
Contoh:
Sebuah bangun geometri terdiri dari gabungan persegi panjang dan segitiga samakaki yang alasnya berimpit dengan salah satu sisi persegi panjangnya. Jika sisi persegi panjang lainnya terletak pada sumbu x dan tiga titik sudut segitiganya terletak pada parabola y = 12 – x, tentukanlah ukuran bangun yang luasnya terbesar!



2.     Ranah Afektif
Ranah afektif yaitu ranah yang berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman dalam kelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

Ada beberapa jenis kategaori ranah afekif:
a)    Reciving, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi dan gejala. Kata-kata operasional: menanyakan, memilih, mendiskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih, dan menjawab.
b)    Responding, yakni kemampuan menanggapi yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Kata-kata operasionalnya yaitu menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormati, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, dan menuliskan.
c)      Valuing, berarti menilai atau menghargai, artinya memberikan nilai atau memberikan pengharagaan terhadap suatu kegiatan, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Kata-kata operasionalnya yaitu melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian, dan mempelajari.
d)    Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Kata-kata operasionalnya adalah mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, generalisasi, mengidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan, dan mensintesakan.
e)      Karaketristik nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kata-kata operasionalnya membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, dan menggunakan.
Contoh: “Seberapa jauh para siswa berperan aktif dalam menyelesaikan soal latihan di depan kelas yang diberikan oleh guru”.
3.     Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris yaitu ranah yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu.
Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
1.     Gerakan refleks, yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar.
2.     Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3.     Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
4.     Kemampuan bidang fisik.
5.     Gerakan-gerakan skill.
6.     Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekpresif dan interpretative.
Kata-kata operasional:
1.     Muscular or motor skills: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), melompat, menggerakkan, dan menampilkan.
2.     Manipulations of materials or objects: mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk.
3.     Neuromscular coordination: mengamati, mengetrapkan, menghubungkan, menggandengkan, memadukan, merangsang, memotong, menarik, dan menggunakan.
Contoh hasil belajar dari ranah psikomotor adalah
“ Seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan dan menggunakan alat-alat seperti menggunakan busur dan jangkar”.
Hasil belajar yang diatas tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selau berhubungan satu sama lainnya, bahkan ada dalam kebersamaan.

D.    Langkah-langkah Evaluasi
Tahap-tahap Evaluasi
a.        Perencanaan
a)    Perencanaan ini berlaku untuk tes formatif, subsumatif, sumatif, maupun ujian akhir.
b)    Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi.
c)      Dalam menyusun tes lebih dahulu dibuat kisi-kisi yang menggambarkan lingkup bahan pengajaran, dan jenjang perilaku yang diukur, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotoris.
d)    Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.
e)     Untuk memudahkan pemerikasaan hasil penilaian perlu disiapkan kunci jawaban.
f)       Menyususn standar penilaian yang akan dicapai sebagai patokan.
b.     Menghimpun data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila evaluasi hasil belajar menggunakan teknik tes), atau melakukan pengamatan, wawancara atau angket (apabila evaluasi hasil belajar menggunakan teknik nontes).

c.         Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang “baik” dari data yang “kurang baik”.
d.     Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik atau teknik nonstatistik, tergantung kepada jenis data yang akan diolah dan dianalisis.
e.      Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan tertentu.
f.        Tindak lanjut evaluasi
Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis, dan disimpulkan sehingga dapat diketahui makna yang terkandung di dalamnya maka pada akhirnya evaluator akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.

E.     Teknik Evaluasi
Istilah “teknik-teknik” dapat diartikan sebagai “alat-alat”. Jadi dalam istilah “teknik-teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti alat-alat yang dipergunakan dalam melakukan evaluasi hasil belajar.
Dari segi teknik penilaian yang dipakai kita mengenal adanya evaluasi dengan teknik tes dan evaluasi dengan teknik non-tes.
Teknik tes mencakup tes verbal yang terdiri dari tes tertulis dan tes lisan. Sedangkan, tes evaluasi non-tes mencakup penagamatan (observasi), pemberian tugas, wawancara, karangan dan skala sikap.

















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Prinsip penilaian dalam evaluasi pembelajaran diantaranya prinsip keseluruhan, prinsip kesinambungan, dan prinsip obyektivitas. Ciri-ciri evaluasi hasil belajar yaitu evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan belajar peserta didik tersebut, pengukurannya dilakukan secara tidak langsung, pengukuran yang digunakan lebih bersifat kuantitatif, menggunakan satuan-satuan yang tetap, prestasi yang dicapai oleh peserta didk bersifat relatif, dan sulit untuk menghindari kekeliruan pengukuran.
Yang menjadi objek penilaian hasil belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Adapun langkah-langkah evaluasi menyusun perencanaan, menghimpun data, melakukan verifikasi data, mengolah dan menganalisis data, memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan, dan tindak lanjut hasil evaluasi.
Dari segi teknik penilaian yang dipakai kita mengenal adanya evaluasi dengan teknik tes dan evaluasi dengan teknik non-tes.
B.     Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan pengetikan dan kekurangan dalam bahan yang tidak disengaja, melainkan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini di masa datang.

Tidak ada komentar:

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt Informasi lomba yang akan dibagikan dalam website lomba selanjutnya, adalah Lomb...