Jumat, 22 Mei 2015

Kemampuan Guru dalam memahami Gaya Belajar



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah.
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan siswa dibebani dengan berbagai tugas pembelajaran yang harus dikuasai selama duduk di bangku pendidikan, yaitu tugas untuk menguasai materi-materi pelajaran atau mata pelajaran yang diajarkan oleh guru disekolah. Agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik, sehingga dapat hidup berkembang dengan sempurna, beriman, serta berakhlak mulia dan berkepribadian luhur.
Ada beberapa jalur pendidikan yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, diantaranya yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah sekolah.guru-guru yang melaksanakan tugas pembinaan pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang anak didik dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas pendidikan.
Dengan demikian ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru:
1.      Menguasai landasan-landasan pendidikan.
2.      Menguasai bahan pelajaran.
3.      Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
4.      Kemampuan mengelola kelas.
5.      Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar.
6.      Menilai hasil belajar.
7.      Kemampuan mengenal dan menterjemah kurikulum.
8.      Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
9.      Memahami prinsip-prinsip dan hasil pengajaran.
10.  Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan.[1]
Dari kutipan di atas jelaslah bahwa tugas seorang guru begitu kompleks, sehingga tidak dapat digantikan oleh alat apapun. Karena guru harus membina, membimbing, dan memahami gaya belajar peserta didik agar berkembang potensi yang ada pada diri peserta didik. Guru harus menyediakan situasi dan kondisi yang tepat agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.
Nana Sudjana mengemukakan bahwa kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun, masih banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut[2]. Disinlah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupan.
Oleh karena itu lancar tidaknya proses pembelajaran siswa kreatif dan aktif setidaknya sangat tergantung kepada mampu, atau tidaknya guru memainkan perannya sebagai pendidik dan pengajar. Tugas seorang guru tidaklah mudah karena membutuhkan keahlian tersendiri, berbagai tipe  gaya belajar siswa yang dihadapi guru dalam merealisasikan pelajaran, ada yang mudah menerima pelajaran dengan cara melihat (visual), ada yang mudah dengan cara mendengar (auditori), dan ada juga yang menerima pelajaran dengan cara motorik (kinestetik), yaitu menangkap pelajaran dengan baik jika disertai dengan gerakan. Penggunaan ketiga tipe gaya belajar tersebut membutuhkan perhatian guru sehingga tidak satupun dirugikan. Maka seorang guru harus mampu memvariasikan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa yang memiliki gaya belajar tertentu tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Adapun penggunaan suatu pendekatan dalam pembelajaran hendaknya ia dapat membawa suasana interaksi pengajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar, mampu menumbuhkan dan mengembangkan semangat belajar, dapat mempertinggi perolehan hasil belajar dan menghimpun proses pengajaran yang sedang berlangsung.
Untuk itu perlu diperkenalkan dan memvariasikan tentang suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa jika dihubungkan dengan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) sekarang.gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana siswa menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemprosesan informasi sekunsial, analitik,global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret). Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam pembahasan ini yaitu visual(cendrung belajar melalui apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Prestasi belajar masih tetap menjadi indikator untuk menilai tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar. Prestasi belajar yang baik dapat mencerminkan gaya belajar yang baik karena dengan mengetahui dan memahami gaya belajar yang terbaik bagi dirinya akan membantu siswa dalam belajar sehingga prestasi yang dihasilkan akan maksimal. Demi tercapainya prestasi belajar yang maksimal oleh siswa. Maka guru harus menggunakan beberapa pendekatan belajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan gaya belajar siswa.
Namun dalam kenyataan berdasarkan pengamatan penulis dilapangan, penulis hanya melihat guru dalam penyampaian materi pelajaran lebih monoton menggunakan pendekatan ceramah ekspositori. Dimana terdapat beberapa masalah antara lain kurangnya dinamika guru dalam mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Siswa kurang aktif dan siswa bersifat pasif.
Berangkat dari masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih jauh dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: “Kemampuan guru dalam menerapkan beberapa pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa visual, auditorial dan kinestetik di sekolah”.
B.     Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam memahami gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa di sekolah
C.    Batasan masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan masalah yang sesuai dengan gaya belajar siswa.
a.       Kemampuan guru dalam memahami gaya belajar siswa.
b.      Kemampuan guru dalam menerapkan beberapa pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa.


















BAB II
KAJIAN TEORI


A.    Kemampuan Guru
Menurut Depdikbud (1990: 553) “Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, berusaha dengan diri sendiri”. Yang penulis maksud dengan kemampuan dalam kajian ini adalah kecakapan guru dalam melaksanakan beberapa pendekatan atau metode yang sesuai dengan gaya belajar siswa pada proses belajar mengajar matematika.
Menurut Depdikbud (1990: 228) “Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar”. Yang penulis maksud guru disini adalah orang yang pekerjaannya memberikan penjelasan khususnya mata pelajaran matematika.
B.     Gaya Belajar Siswa Visual, Auditorial dan Kinestetik
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri- otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret). Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu visual (cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat), auditorial(belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik(belajar melalui gerak dan sentuhan). (http://www.scribd.com/doc/3932095/gaya-belajar)
1.      Visual (belajar dengan cara melihat
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
1.      Bicara agak cepat
2.      Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3.      Tidak mudah terganggu oleh keributan
4.      Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5.      Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6.      Pembaca cepat dan tekun
7.      Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
8.      Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9.      Lebih suka musik dari pada seni
10.  Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1.      Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2.      Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3.      Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4.      Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5.      Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
Pendekatan yang digunakan bagi siswa yang gaya belajarnya visual adalah:demonstrasi, model, gambar, dan media pembelajaran.
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruan
Pendekatan model adalah cara yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci atau jawabannya.sebagian guru memberi contoh tentang tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksakan tugas, misalnya cara mencari panjang diagonal ruang suatu bangun ruang. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara mencari panjang diagonal ruang dengan memanfaatkan suatu alat peraga bangun ruang
2.      Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
1.      Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
2.      Penampilan rapi
3.      Mudah terganggu oleh keributan
4.      Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
5.      Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6.      Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7.      Biasanya ia pembicara yang fasih
8.      Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9.      Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10.  Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11.  Berbicara dalam irama yang terpola
12.  Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
  1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
  2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
  3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
  4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
  5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.
Pendekatan yang digunakan bagi siswa yang gaya belajarnya auditorial adalah pendekatan ceramah ekspositori
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar dan audio visual lainnya.
Pendekatan ekspositori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode ceramah. Pada pendekatan ini tidak terus-menerus memberi informasi tanpa peduli apakah siswa memahami informasi itu atau tidak. Guru hanya memberi informasi pada saat tertentu jika diperlukan, misalnya pada permulaan pembelajaran, memberi contoh soal, menjawab pertanyaan siswa, dan sebagainya. Pendekatan ekspositori memebawa siswa dapat belajar bermakna sehingga dapat merupakan pendekatan efektif dan efisien.
Dalam pendekatan ekspositori ini Syamsudin Makmun (2003:233) mengemukakan bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib.[3]



3.      Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1.      Berbicara perlahan
2.      Penampilan rapi
3.      Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4.      Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5.      Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6.      Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7.      Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8.      Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9.      Menyukai permainan yang menyibukkan
10.  Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11.  Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1.      Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2.      Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3.      Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4.      Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5.      Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Pendekatan yang digunakan bagi siswa yang gaya belajarnya kinestetik adalah melalui pendekatan pratikum(eksperimen), cd pembelajaran-interaktif, role-model dan pendekatan lain supaya siswa mengalaminya sendiri, terjun secara langsung, atau pendekatan yang membutuhkan lebih banyak indera yang aktif (penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, rabaaan, tepukan dsb).
Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Misalnya dalam materi pelajaran matematika geometri bidang dan ruang.

























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri- otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).
Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu visual (cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat), auditorial(belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik(belajar melalui gerak dan sentuhan).
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah terhadap gaya belajar siswa dapat digunakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat membawa suasana interaksi pengajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar, mampu menumbuhkan dan mengembangkan semangat belajar, dapat mempertinggi perolehan hasil belajar dan menghimpun proses pengajaran yang sedang berlangsung.
B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu penukis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk kesempurnaan makalah kedepannya.







DAFTAR KEPUSTAKAAN


Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Soejipto, dkk. 1998. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.



http://www.infoskripsi.com/Abstrak/Pengaruh-Gaya-Belajar-Visual-Auditorial-KinestetikTerhadap-Prestasi-Belajar.html





[1] Soejipto & Raflis kosasi, Profesi keguruan,(Jakarta: Rineka Cipta, 1998).h.210
[2] Nana Sudjana,Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung:Sinarn Baru AlGesindo, 2004).h.12
[3] Syaiful Sagala,Konsep dan Makna Pembelajaran,(Bandung:Alfabeta,2006).h.79

Tidak ada komentar:

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt

Lomba Menulis dari FPKS DPR RI, Hadiah 80 Jt Informasi lomba yang akan dibagikan dalam website lomba selanjutnya, adalah Lomb...